Selasa 23 May 2017 00:33 WIB

Hadapi Pasar Bebas, Pelaku UKM Perlu Perkuat SDM

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Budi Raharjo
Pengunjung mengamati beberapa mainan robot hasil kerajinan tangan yang dibuat dari berbagai bahan limbah.
Foto: Antara
Pengunjung mengamati beberapa mainan robot hasil kerajinan tangan yang dibuat dari berbagai bahan limbah.

EKBIS.CO, UNGARAN -- Pasar bebas menjadi peluang sekaligus tantangan bagi para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia. Untuk itu perlu peningkatan daya saing agar mampu bertahan di era pasar bebas tersebut.

Direktur Utama Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (LLP-KUKM) Kemenkop KUKM Ahmad Zabadi mengatakan, dengan jumlah warga negara ASEAN yang 40 persennya merupakan penduduk Indonesia, menjadikan tanah air sebagai pasar paling potensial. ‎Sehingga momentum MEA menjadi titik bagi negara ASEAN lain berebut memasarkan produknya di Tanah Air.‎

‎"Cara kita untuk menangkis produk asing, yaitu dengan meningkatkan daya saing UKM kita," katanya ‎melalui siaran pers yang diterima, Senin (22/5).

Ia menambahkan, untuk meningkatkan daya saing antar produk para perajin lokal dengan produk luar negeri yaitu dengan menjadikannya terpusat. Maksudnya, kata dia, memasarkannya dengan memamerkan semua produk UKM di gedung SMESCO Indonesia. "Dengan memusatkan seluruh produk UKM di gedung SMESCO Indonesia, menjadikan pemasaran menjadi lebih efektif," ujarnya.

Meski begitu, usaha mengembangkan UKM di Indonesia bukan tanpa halangan. Salah satu kendala yang dialami pemerintah saat ini adalah kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) pelaku UKM yang masih belum merata. ‎"Dari sisi SDM kita masih kalah," kata dia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 60-70 persen dari total UKM, pendidikan pelaku UKM berada di tingkat SD dan SMP. Padahal pendidikan SDM sangat besar pengaruhnya dalam persaingan global.

"Dengan basis yang masih rendah, kemampuan beradaptasi dengan perubahan menjadi lebih sulit. Karena saat ini masyarakat dituntut harus cepat beradaptasi," ujar dia.

Rendahnya tingkat pendidikan pelaku UKM di Indonesia juga cukup menyulitkan dalam adaptasi dan penerapan perkembangan teknologi. Dalam kesempatan tersebut, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Semarang M Natsir mengatakan, saat ini belum banyak dari pelaku UKM di wilayahnya yang memanfaatkan perkembangan teknologi. ‎ "Mereka masih terlalu pasrah," kata Natsir.

Berdasarkan data Dinas setempat, ada 63.146 UKM di Kabupaten Semarang. Sayangnya, seluruh pelaku UKM tersebut masih menggunakan pemasaran konvensional. Rata-rata para pelaku UKM tersebut hanya mengenyam pendidikan di bawah SMP.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement