EKBIS.CO, MANADO -- Indonesia berhasil menghasilkan kesepakatan bisnis senilai 400 juta dolar AS atau setara dengan Rp 5,2 triliun (dengan asumsi kurs Rp 13 ribu per dolar AS). Kesepakatan tersebut diraih dalam kegiatan Manado International on Tourism yang digelar oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Kesepakatan bisnis ini terdiri dari kerja sama investasi antara Penanam Modal Asing (PMA) asal Cina dengan perusahaan swasta nasional terkait pembangunan di Manado Selatan. Pembangunan tersebut mencakup hotel, apartemen, shoping mall, dan diving center senilai 200 juta dolar AS. Selain itu, ada pula penyerahan izin perluasan investasi kepada PMA asal Amerika Serikat terkait akomodasi cottage dan pariwisata di Raja Ampat senilai 200 juta dolar AS. Kepala BKPM Thomas Lembong mengatakan, kesepakatan bisnis yang dihasilkan merupakan salah satu bukti nyata menggeliatnya investasi di sektor pariwisata Indonesia.
"Kesepakatan bisnis serta satu kesepakatan terkait dengan pendidikan tersebut merupakan bukti nyata upaya pemerintah untuk meningkatkan investasi di sektor pariwisata," ujar Thomas dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (25/5).
Menurut Thomas, nilai yang dihasilkan oleh kesepakatan bisnis tersebut diluar dari kesepakatan yang dapat diperoleh dalam kegiatan one-on-one meeting yang hingga kini telah terkonfirmasi diikuti oleh 37 perusahaan dari Cina, Jepang, Singapura, Australia, Persatuan Emirat Arab dan Korea Selatan. Selain itu, terdapat tujuh perwakilan kedutaan besar serta asosiasi bisnis asing dari Cina, Thailand, Australia, dan Jepang yang juga akan memanfaatkan kesempatan one-on-one meeting dengan berbagai pihak terkait investasi pariwisata di Indonesia. Kegiatan Invest Manado bertujuan untuk memberikan gambaran destinasi investasi di Sulawesi Utara sekaligus mempopulerkan tujuan pariwisata di Manado. “Dalam forum one-on-one meeting mereka akan dipertemukan dengan perusahaan maupun pemerintah daerah secara langsung untuk membahas mengenai minat mereka," kata Thomas.
Tom mengemukakan, BKPM akan melakukan pendekatan yang terintegrasi
untuk menawarkan potensi investasi pemerintah. Menurutnya, Presiden Joko Widodo dan tim di kabinet telah menetapkan tiga daerah prioritas untuk OBOR yakni Sumut, Kaltara, dan Sulut. Ini nantinya akan dimatangkan bersama Menko Maritim terkait penyusunan roadmapnya secara lebih detil," ujar Thomas.
Sementara Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan, khusus Sulawesi Utara isu konektifitas menjadi penting untuk menopang pertumbuhan sektor pariwisata. Isu konektifitas tersebut menyangkut One Belt One Road (OBOR) yang dicanangkan oleh Presiden Xi Jinping yang didalamnya terdapat empat komponen utama yakni kawasan industri, pembangunan kota baru, pembangunan airport dan pelabuhan baru serta destinasi pariwisata. Arief menilai potensi konektifitas tersebut akan sangat besar apabila dapat dikapitalisasikan dalam suatu proyek investasi bersama baik dengan Tiongkok maupun dengan investor dari negara-negara lainnya.
“Contohnya untuk rute kapal pesiar (Cruise Ship) bisa dikembangkan dari Bali ke Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi, Banggai, Toegan, kemudian ke Bunaken, selanjutnya Morotai, Raja Ampat dan terakhir di Tual,” ujar Arief.
Staf Ahli Menteri Perhubungan Wihana Kirana Jaya menyampaikan, ada lima isu strategis yang saling terkait dalam melakukan sinergi konektifitas dan pariwisata di Sulawesi Utara. Isu strategis tersebut mencakup perekonomian global, perekonomian Indonesia, konektifitas, sektor pariwisata serta destinasi pariwisata yang dapat diakses dengan mudah.
Sedangkan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey menyatakan kesiapannya untuk memfasilitasi investor di sektor pariwisata yang akan mengembangkan destinasi pariwisata di Sulawesi Utara. Menurutnya, Sulawesi Utara memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai 6,5 persen sejak 2010 hingga 2016. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Sulawesi Utara sangat prospektif dan menarik bagi investasi baik asing maupun domestik.
Dari data BKPM, investasi asing (FDI) di sektor pariwisata terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2014 tercatat investasi di sektor pariwisata hanya 673,1 juta dolar AS naik tipis menjadi 732,5 juta dolar AS di 2015. Kemudian, investasi tersebut naik drastis sebesar 63 persen menjadi 1,19 miliar dolar AS pada 2016. Hingga kuartal I 2017, investasi asing di sektor pariwisata mencapai 440 juta dolar AS.