EKBIS.CO, JAKARTA -- Anggota Parlemen Eropa asal Italia Salvatore Cicu mengatakan, Uni Eropa akan memberlakukan pungutan terhadap barang-barang asal Cina yang dijual dibawah standar harga yang telah ditetapkan oleh Eropa berdasarkan rencana perombakan tarif.
Eropa membehani cara menghitung kewajiban impor sebagai tanggapan atas tuntutan Cina yang telah berlangsung lama untuk perlakuan perdagangan yang lebih baik.
"Kami ingin memberikan pesan politik, terutama ke Cina, bahwa kami terbuka untuk perdagangan, namun industri Uni Eropa jangan dipinalti. Kita bisa menemukan kompromi yang efektif," ujar Cicu dilansir Bloomberg, Ahad (4/6).
Cicu mengatakan, industri-industri Eropa tidak takut dengan perombakan tersebut karena menentukan tugas anti dumping. Hal yang dipertaruhkan adalah tingkat pungutan barang impor ke Eropa.
Untuk membatasi banjir impor murah dari Cina, Uni Eropa memasukkan undang-undang perombakan tarif sebagai formula untuk menghitung anti-dumping terhadap negara-negara yang pasarnya dianggap emmiliki distorsi yang signifikan.
Ketentuan ini memungkinkan Komisi Eropa untuk melaporkan distrosi regional dan membantu industri Eropa saat pengajuan dumping.
Dalam pertemuan pada 1-2 Juni 2017 lalu di Brussels, para pemimpin Cina dan Eropa terus membahas mengenai peningkatan hubungan perdagangan dan investasi yang lebih erat. Eropa berusaha menciptakan ikatan internasional yang lebih kuat tanpa menyalakan kembali gelombang populis yang menguat terhadap dampak negatif globalisme bagi industri dan pekerja di Eropa.
Eropa menyatakan, masih ada penghalan untuk investasi asing di pasar Cina. Sebelumnya, dalam Froum Davos, Presiden Cina Xi Jinping menggambarkan bahwa negaranya merupakan juara pasar bebas. Menanggapi hal tersebut, Komisaris Perdaganga Uni Eropa Cecilia Malmstrom mengatakan, dia masih menunggu realisasi atas ucapan Presiden Jinping.
"Kami semua sekarang menunggu ucapan presiden (Xi Jinping) untuk diterjemahkan kedalam tindakan nyata, dan membuat perdagangan serta investasi lebih terbuka," ujar Malmstrom.
Duta Besar Cina untuk Uni Eropa Yang Yanyi mengatakan kepada Kantor Berita Xinhua bahwa ada perbedaan diantara kedua wilayah tersebut. Menurut Yanyi, kuncinya adalah memahami bagaimana mengelola dan menangani perbedaan-perbedaan tersebut dengan benar.