Senin 05 Jun 2017 06:15 WIB

Belajar dari Indonesia, Filipina Kembangkan Bank Syariah

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D. Hadad (kanan) berbincang dengan Gubernur Bangko Sentral NG Pilipinas (Bank Sentral Filipina) Amando M. Tetangco (kiri) usai menandatangani nota kesepahaman (Letter of Intent) di Jakarta, Minggu (4/6).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D. Hadad (kanan) berbincang dengan Gubernur Bangko Sentral NG Pilipinas (Bank Sentral Filipina) Amando M. Tetangco (kiri) usai menandatangani nota kesepahaman (Letter of Intent) di Jakarta, Minggu (4/6).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Sentral Filipina Bangko Sentral ng Pilipinas mengaku tengah mengembangkan bank syariah atau islamic banking di negaranya. Maka BSP mengatakan dapat belajar dari Indonesia.

"Indonesia juga sudah mengembangkan islamic banking, jadi kita bisa mengambil manfaat dari pengalaman Indonesia tersebut," ujar Gubernur BSP Amando M Tetangco Jr kepada wartawan, Ahad (4/6).

Ia menuturkan, Presiden Filipina juga telah mengumumkan untuk mencari solusi atas masalah di negara bagian Filipina Malawi supaya tidak mengganggu perkembangan perbankan di negara tersebut.

Ia menambahkan, dampak dari masalah di Malawi sangat kecil. Dengan begitu, sebenarnya tidak terlalu mengganggu kinerja perbankan di Filipina.

Amando menuturkan, ada beberapa alasan yang melarbelakangi penandatanganan perjanjian kerja sama Filipina dengan Indonesia. Di antara bank dari kedua akan saling membantu kemajuan di antara negara. "Saya sangat percaya diri karena benefitnya bersih dan potensialnya besar," tambahnya.

Berdasarkan data OJK, sektor perbankan Indonesia dengan Filipina memiliki beberapa kemiripan indikator keuangan. Di antaranya rasio kredit domestik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) berada di kisaran 33,8 persen dan 43,6 persen pada 2016 didukung permodalan kuat.

Kini, volume perdagangan Indonesia serta Filipina masih di bawah nilai perdagangan Indonesia ke negara lain. Pada 2016, ekspor Indonesia kurang dari empat persen total ekspor Indonesia, lalu impor Indonesia dari Filipina kurang dari satu persen total impor Indonesia. "Diharapkan setelah adanya penandatanganan kerja sama ini, bisa meningkatkan ekspor impor juga," tutur Amando.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Advertisement
Advertisement