EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore (7/6), bergerak melemah tipis tiga poin menjadi Rp 13.299 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.296 per dolar Amerika Serikat (AS).
Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Rully Nova mengatakan bahwa harga minyak mentah dunia yang mengalami pelemahan menjadi salah satu faktor yang menekan mata uang komoditas, seperti rupiah. "Harga minyak mentah yang berada di bawah level 50 dolar AS per barel mempengaruhi laju mata uang komoditas," ucapnya.
Harga minyak jenis WTI Crude pada Rabu (7/6) sore ini, melemah 0,33 persen menjadi 48,03 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,42 persen menjadi 49,90 dolar AS per barel. Kendati demikian, menurut dia, sentimen kenaikan peringkat Indonesia oleh Standard & Poor's menjadi investment grade menjaga fluktuasi rupiah untuk tidak terdepresiasi terlalu dalam terhadap dolar AS. "Sentimen investment grade akan menjaga rupiah untuk jangka menengah dan panjang," ujarnya.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa pelaku pasar uang juga sedang mencermati sentimen global terutama antisipasi menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengenai kebijakan suku bunga acuan AS. "Di tengah antisipasi hasil kebijakan FOMC itu, pelaku pasar di dalam negeri cenderung menahan transaksinya sehingga menahan laju rupiah," tuturnya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp 13.307 dibandingkan hari sebelumnya (Selasa, 6/6) senilai Rp 13.285 per dolar AS.