Kamis 06 Jul 2017 19:37 WIB

BI: Penggunaan Uang Elektronik Naik Signifikan Saat Mudik

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nur Aini
 Kendaraan membayar tiket pada loket tambahan di gerbang tol Brebes Timur, Brebes , Jawa Tengah, Kamis (30/6).  (Republika/Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Kendaraan membayar tiket pada loket tambahan di gerbang tol Brebes Timur, Brebes , Jawa Tengah, Kamis (30/6). (Republika/Wihdan)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyatakan penetrasi uang elektronik meningkat 34 persen berkat uji coba pembayaran tol dengan nontunai selama periode mudik Lebaran. Biasanya, di waktu normal hanya naik 23 persen.

"Peningkatannya cukup signifikan dalam tempo singkat, naik 11 persen dibandingkan hari biasa," ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Eni V Panggabean, di Gedung BI, Jakarta, Kamis, (6/7). Ia berharap masyarakat tidak menghentikan kebiasaannya untuk bertransaksi di gerbang tol menggunakan uang elektronik atau e-Toll.

Dia menegaskan, pada Oktober mendatang, kebijakan tersebut akan dijalankan sepenuhnya. Maka perbankan serta kementerian terkait harus terus mendorong penggunaan non tunai untuk membayar tol.

"Kami sebagai otoritas tentu sangat menyambut baik kebijakan ini. Hal itu karena bisa membuat masyarakat lebih efisien," katanya. BI mencatat, kata Eni, sampai akhir Mei jumlah uang elektronik yang tersebar telah mencapai 51 juta keping. Hanya saja, ia belum bisa menyebutkan, tambahan total uang elektronik yang tersebar selama periode mudik Lebaran. Pasalnya, perhitungannya melibatkan berbagai institusi.

Sebelumnya, Direktur Bank Mandiri Ogi Prastomiyono menyatakan, minat masyarakat membayar tol menggunakan uang elektronik masih kurang. Saat uji coba pada periode mudik lebaran lalu, mereka masih lebih memilih menggunakan pembayaran dengan uang tunai (cash).

"Antrean di cash masih panjang, dan antrean pembayaran e-toll cenderung kosong. Itu behaviour orang," ujar Ogi kepada wartawan. Padahal, ujarnya, masyarakat bisa mendapatkan diskon bila membayar tol lewat elektronik.

Menurutnya masih perlu koordinasi antara stakeholder agar sosialisasi ke masyarakat bisa lebih masif. Prosesnya memang tidak bisa langsung, kata Ogi, melainkan harus secara perlahan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement