EKBIS.CO, JAKARTA -- Selama semester I 2017, PT Pupuk Indonesia (Persero) telah menyalurkan 4.354.770 ton pupuk ke sektor tanaman pangan. Jumlah tersebut mencapai 46 persen dari alokasi tahun 2017.
Rincian penyaluran tersebut terdiri dari 1,9 juta ton urea, 1,25 juta ton NPK, 432 ribu ton SP36 serta 472 ribu ton ZA dan 296 ribu ton pupuk organik. Sesuai target pemerintah, Pupuk Indonesia bertugas menyalurkan 9,55 juta ton pupuk bersubsidi untuk 2017.
Kepala Corporate Communication PT Pupuk Indonesia Wijaya Laksana mengungkapkan, bahwa penyaluran pupuk ke sektor tanaman pangan, khususnya pupuk bersubsidi tahun ini, relatif baik. “Stok saat ini juga cukup aman. Hingga 6 Juli, secara nasional total stok di lini III dan IV, atau di Gudang kabupaten dan kios sebesar total 856.114 ton," ujar dia dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Jumat (7/7).
Menurut Wijaya, jumlah itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga enam minggu ke depan, dan belum termasuk stok yang terdapat di Gudang pabrik dan provinsi. Rincian stok nasional di Lini III dan IV terdiri dari 446.771 ton urea, 208.896 ton NPK, 40.202 ton SP36 dan sisanya terdiri dari pupuk ZA dan organik.
Wijaya juga mengungkapkan, walaupun secara nasional stok dan penyaluran aman, ada sejumlah daerah yang serapan pupuk oleh petani ternyata cukup tinggi, bahkan melebihi alokasi yang sudah ditetapkan sehingga kadang terjadi kendala distribusi. “Untuk mencegah terjadinya kekosongan, kami mengerahkan upaya ekstra untuk dapat memenuhi permintaan petani, antara lain dengan melakukan realokasi atau mengirimkan tambahan pasokan pupuk dari kota yang menjadi distribution center kami”, kata Wijaya.
Salah satu wilayah yang penyerapan pupuk non ureanya tinggi adalah NAD dan Sumatera Utara. Penyaluran SP-36 di NAD hingga akhir Juni 2017 telah mencapai 12.836 ton atau 103 persen dari rencana alokasinya, atau sudah 60 perssen dari jatah alokasi 2017. Sedangkan di Sumut, penyaluran SP-36 mencapai 26.981 ton atau 99 persen dari rencana dan sudah mencapai 53 persen dari rencana alokasi 2017.
Untuk pupuk NPK, penyaluran di NAD juga termasuk tinggi, yaitu mencapai 26.449 ton atau 114 persen dari rencana. “Kami melihat bahwa kesadaran petani untuk menerapkan pemupukan berimbang sudah semakin tinggi, sehingga permintaan untuk pupuk non urea juga terus meningkat, kata Wijaya. "
Khusus untuk mengamankan stok di Sumut dan NAD ini, Pupuk Indonesia telah menugaskan anak perusahaannya, Petrokimia Gresik untuk terus menggelontorkan NPK dan SP36. “Saat ini telah sandar kapal MV Vinalines Fortuna di Medan membawa 21.500 ton SP36 dan telah melakukan kegiatan bongkar untuk dapat segera didistribusikan kepada petani yang membutuhan," kata Wijaya. Sedangkan untuk pupuk NPK, juga telah diberangkatkan kapal KM Berkah 99 dengan membawa 30 ribu ton NPK dari Gresik dan saat ini sedang dalam proses sandar di Pelabuhan Belawan.
Sedangkan untuk mengamankan stok pupuk ke sektor tanaman pangan, khususnya pupuk bersubsidi, Pupuk Indonesia dan anak-anak perusahaannya telah menerapakan kebijakan stok di atas ketentuan. Hal ini, guna mencegah terjadinya kekosongan saat terjadi lonjakan permintaan.
“Kami juga menyiapkan distribution center di beberapa titik di seluruh Indonesia. Sehingga, setiap terjadi kekurangan stok, maka akan langsung dikirimkan dari distribution center tersebut," ujar Wijaya.
Wijaya menekankan, bahwa untuk dapat memperoleh pupuk bersubsidi, petani harus terdaftar dalam kelompok tani serta menyusun Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK), yang menjadi dasar bagi anak-anak perusahaan Pupuk Indonesia dalam menyalurkan pupuk ke petani.