EKBIS.CO, JAKARTA -- Konversi Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat atau Bank NTB menjadi bank umum syariah pada 2018 mendatang diprediksi mendongkrak pangsa pasar perbankan syariah hingga 5,40 persen. Saat ini pangsa perbankan syariah baru mencapai 5,18 persen dari total pangsa pasar perbankan di Indonesia.
Peneliti Ekonomi Syariah SEBI School of Islamic Economics, Aziz Setiawan menjelaskan, secara umum tahun ini pertumbuhan bank syariah masih hampir sama dengan bank konvensional, sehingga kalau mengandalkan pertumbuhan organik, maka pangsa pasar syariah cenderung stagnan.
"Harapannya tahun depan bisa lebih baik, terutama dengab adanya konversi. Konversi Bank NTB sedikit meningkatkan market share syariah, tetapi skalanya lebih kecil dari Bank Aceh lalu," ujar Aziz Setiawan kepada Republika.co.id, Ahad (9/7).
Aziz memaparkan, aset Bank NTB kuartal I 2017 mencapai Rp 8,9 triliun atau sekitar setengah dari aset Bank Aceh saat dikonversi tahun lalu. Saat Bank Aceh dikonversi, pangsa pasar syariah meningkat dari 4,80 persen menjadi 5,18 persen atau berkontribusi sekitar 0,3-0,4 persen. Dampak Bank NTB, menurut analisanya, hanya akan berkontribusi sekitar 0,2 persen, sehingga pangsa pasar syariah menjadi sekitar 5,40 persen. "Jika pertumbuhan organik tahun depan bisa lebih tinggi kemungkinan bisa mencapai 5,50 sampai dengan 5,60 persen," kata Aziz.
Adapun dari segi bisnis, pada semester II 2017 kinerja bank syariah diproyeksi akan membaik, seiring dengan menurunnya rasio pembiayaan bermasalah (Nonperforming Financing/NPF) yang sudah di bawah lima persen. Penurunan NPF ini juga didorong oleh pembiayaan yang sudah mulai menunjukkan pertumbuhan sebesar 4,00 persen secara tahunan per Mei 2017. Pembiayaan yang naik ini utamanya disumbangkan oleh sektor infrastruktur dan konsumsi. Peningkatan pembiayaan di sektor infrastruktur ini salah satunya dari sindikasi.
Secara umum diharapkan dengan turunnya pembiayaan bermasalah dan meningkatnya pembiayaan, maka laba bank syariah akan mengalami kenaikan pada semester II 2017. "Jadi tahun ini dampaknya masih pada kualitas pembiayaan dan laba belum mendongkrak pangsa pasar karena masih fokus internal," tuturnya.
Di sisi lain, kata dia, secara makro juga belum ada perbaikan ekonomi yang signifikan, sehingga pertumbuhannya masih stabil dan hampir sama dengan konvensional. Menurutnya, tahun depan proyeksinya sudah lebih ekspansif sehingga ada penambahan modal dan meningkatkan DPK sehingga aset juga terdongkrak. "Market share 5,50-5,60 persen optimis tercapai, terlebih kalau KNKS sudah ada kebijakan-kebijakan terobosan yang konkret," kata Aziz.
Sebelumnya, Direktur Utama Bank NTB Komari Subakir mengungkapkan, berdasarkan keputusan RUPS-LB PT Bank NTB terakhir pada 31 Oktober 2016 mengenai Konversi PT Bank NTB menjadi PT Bank NTB Syariah untuk dilaksanakan dengan kajian secara komprehensif sesuai ketentuan yang berlaku. "Pelaksanaan konversi menjadi PT Bank NTB Syariah paling lambat Agustus 2018," ucap Komari.