Kamis 13 Jul 2017 06:33 WIB

GWM Rata-Rata Dimanfaatkan BNI Dongkrak Kredit Jangka Pendek

Red: Nur Aini
 Petugas sedang menyusun tumpukan uang rupiah di Cash Center Bank BNI, Jakarta, Kamis (8\12).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Petugas sedang menyusun tumpukan uang rupiah di Cash Center Bank BNI, Jakarta, Kamis (8\12).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Perseroan Terbatas Bank Negara Indonesia Persero Tbk memanfaatkan kelonggaran likuiditas harian setelah penerapan perhitungan rata-rata Giro Wajib Minimum Primer (GWM-P Averaging) untuk mendongkrak kredit jangka pendek, seperti kredit konsumer.

Direktur Keuangan BNI Rico Rizal Budidarmo mengatakan meskipun ada tambahan likuditas harian, pihaknya cukup hati-hati dalam memanfaatkan likuiditas tersebut untuk ekspansi kredit. BNI akan mengelola kelonggaran likuiditas tersebut, pertama untuk cadangan pemenuhan kewajiban GWM-P di akhir periode dua pekan, dan kedua selanjutnya akan disalurkan melalui kredit.

"Kita tetap jaga-jaga untuk pemenuhan perhitungan rata-rata kewajiban yang kita taruh di BI, agar di akhir periode kami bisa penuhi GWM Averaging tersebut," ujar Rico di Jakarta, Rabu (12/7).

Kelonggaran likuiditas tersebut, diharapkan Rico, dapat mempermudah sumber pendanaan BNI untuk menyalurkan kredit. Dia mengharapkan biaya dana (cost of fund) dapat terus menurun dari posisi saat ini di tiga persen. "Namun tetap kita kelola likuiditas agar tidakmelanggar batas daripada tingkat kehati-hatian dana yang harus kami simpan di bank Indonesia," ujarnya.

Emiten bersandi BBNI tersebut menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini di 16-17 persen (yoy). Adapun pendanaan BNI hingga semseter I 2017, terlihat dari indikator Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh 18,5 persen menjadi Rp463 triliun dan rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) yang sebesar 88,9 persen.

Sebelumnya, Bank Sentral efektif mulai memberlakukan GWM-Primer Averaging per 1 Juli 2017. GWM merupakan simpanan atau dana dari Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan yang wajib disimpan di giro BI di setiap akhir hari. Saat ini rasio GWM-Primer sebesar 6,5 persen dari total DPK.

Namun, penerapan "GWM-P Averaging" ini masih dalam tahap awal dengan komponen yang dihitung secara rata-rata sebesar 1,5 persen dari total rasio GWM-Primer sebesar 6,5 persen. Perhitungan rata-rata itu dilakukan setiap dua pekan. Sementara sisa lima persen masih harus dipenuhi dengan skema tetap (fixed) dan dihitung setiap akhir hari.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement