EKBIS.CO, AFRIKA -- Zimbabwe Air memberhentikan 200 pekerja pascakeputusan penghematan yang dilakukan perusahaan. Zimbabwe Air menargetkan profit 300 miliar dolar pada tahun depan. Untuk mencapai target tersebut, perusahaan mengklaim pihaknya harus melakukan efisiensi.
Keputusan ini juga dilakukan seiring pergantian CEO dari Zimbabwe Air yang dijabat oleh menantu dari Presiden Robert Mugabe melakukan perombakan jabatan dan melakukan efisiensi besar besaran. Bulan lalu, karena alasan keamanan Zimbabwe Air dilarang terbang ke Uni Eropa.
"Kami terlalu banyak inefisiensi. Kami hendak melakukan seleksi dengan mengeliminasi pekerja yang tidak tepat kualifikasinya," ujar direktur utama maskapai, Chipo Dyanda, seperti dilansir dari BBC, Jumat (14/7).
Maskapai ini memang mengalami perjuangan untuk bertahan selama satu dekade terakhir. Untuk bisa mengembalikan kejayaan, pihak perusahaan melakukan restrukturisasi dan melakukan pelatihan tambahan bagi seluruh staf dan manajemen.
Pada bulan Mei, Presiden Mugabe mengatakan bahwa Zimbabwe adalah negara yang paling maju di Afrika setelah Afrika Selatan. Dia menyangkal bahwa negara tersebut dalam keadaan rapuh.
Zimbabwe telah berjuang untuk membayar pegawai negaranya baru-baru ini dan berada di peringkat 24 pada Indeks Pembangunan Manusia UNDP untuk Afrika.