EKBIS.CO, BOGOR -- Guru Besar Tetap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB), Dietriech Geoffrey Bengen, memperkirakan ada 2.000 pulau kecil di Indonesia yang akan tenggelam pada 2030. Prediksi tersebut didasarkan hasil penelitiannya terkait dampak perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan muka air laut.
"Artinya jika pulau-pulau kecil yang bentuknya dataran tersebut ekosistemnya tidak dijaga dengan baik, seperti terumbu karangnya rusak, mangrove rusak, atau penangkapan ikan yang destruktif, maka saya perkirakan Indonesia akan kehilangan 2.000 pulau kecil yang berpotensi tenggelam pada 2030," kata dia di Bogor, Jumat (21/7).
Indonesia memiliki 14.752 pulau bernama dan luas laut sekitat 5,6 juta kilometer persegi. Dari keseluruhan jumlah pulau tersebut, diperkirakan ada 10 ribu pulau-pulau kecil yang memiliki potensi sumber daya alam pesisir yang sangat besar dan prospektif sebagai aset pembangunan.
Menurut dia, bukan tidak mungkin pulau-pulau kecil yang dimaksud tadi tenggelam sebelum 2030. Pulau-pulau kecil itu, kata dia, memiliki potensi besar namun kehidupan ekonomi masyarakatnya masih rendah. Hal itu lantaran sumber daya ikan yang melimpah tidak dibarengi dengan akses sarana dan prasarana menjual yang tidak memadai.
Dietriech menyebut, daging ikan yang mudah busuk sebaiknya diawetkan menjadi ikan presto, ikan asin atau dibekukan. "Harus ada cold storage sehingga kesegaran ikan bisa dipertahankan," ujarnya.
Selain sarana dan prasarana yang terbatas dan lokasi jauh, faktor lainnya yaitu tingkat pendidikan yang rendah dan keberpihakan pemerintah terhadap pembangunan pulau-pulau kecil. Orientasi pemerintah saat ini dinilainya hanya berfokus kepada pembangunan daratan saja sedangkan autan tidak banyak dieksplorasi.
Dia mengatakan solusi yang bisa dilakukan dengan mengubah paradigma tersebut. Laut harus menjadi pemersatu dan penggerak pembangunan, misalnya dengan minawisata. Nelayan tidak harus ke pasar untuk menjual ikan, tetapi pembelilah yang berdatangan ke pulau-pulau tersebut.