EKBIS.CO, JAKARTA -- Tinggal di sebuah wilayah yang jauh dari berbagai akses sumber daya, tidak membuat Surpi kehilangan akal untuk memanfaatkan peluang yang ada di sekitarnya. Tempat tinggal Surpi merupakan wilayah yang sangat subur dengan bentangan alam yang kaya dan melimpah.
Surpi (49 tahun) adalah seorang petani yang andal. Dia telah lebih dari 20 tahun mengolah sawah dan lahan miliknya dengan beraneka ragam jenis tanaman seperti padi, palawija, dan buah-buahan. Tentu saja hal tersebut memberikan banyak pengalaman, khususnya tentang bertani kepada Surpi. Hingga kini, Surpi telah memiliki beberapa petak sawah dan juga sebuah kebun yang sangat produktif untuk ditanami aneka buah, sayur, dan palawija.
Perjalanan yang Surpi tempuh tidak selalu berjalan mulus. Banyak tantangan dan kegagalan yang bahkan hingga saat ini masih ia alami. "Contohnya cuaca yang tidak menentu, hama, yang nyebabin gagal panen. Tapi ya Alhamdulillah, karena ibu udah banyak pengalaman, jadi hal-hal itu bisa dihindari-lah," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, baru-baru ini.
Dia menuturkan, kurangnya modal menjadi salah satu penghambat baginya untuk mengembangkan usaha bertaninya ini. Biaya untuk membeli pupuk, bibit, serta peralatan bertani kian lama kian mahal. Ini berdampak pada keuntungan Surpi yang semakin terkikis.
“Harga pupuk, bibit sama alat tani teh mahal banget sekarang, jadi ya dapet untungnya nggak kaya dulu,” kata dia.
Hal tersebut mau tidak mau mendorong Surpi mencari modal lebih. Dia tak pernah gentar untuk terus mengembangkan usaha taninya agar menjadi lebih besar dan berkembang walaupun banyak tantangan yang mengikutinya.
Beruntung, pada 2012 ia bertemu dengan Amartha, salah satu penyelenggara layanan peer-to-peer (P2P) lending sebagai marketplace yang menghubungkan antara investor dengan peminjam melalui pembiayaan usaha mikro dan kecil (UMKM) di Indonesia.
Saat itu ia mendapatkan suntikan dana sebesar Rp 2 juta untuk membantunya dalam mengembangkan usaha bertaninya. Hingga saat ini, Surpi telah mendapatkan pembiayaan selama lima kali, dengan jumlah dana terakhir yang diberikan Rp 6 juta “Saya sangat bersyukur bisa dibantu sama Amartha. Uang yang dipinjamkan saya pakai buat beli pupuk, bibit dan alat tani. Sekarang penghasilan saya makin naik,” ujarnya.
Sebelum bergabung dengan Amartha, pendapatan bersih Surpi Rp 2 juta setiap bulannya. Namun setelah mendapatkan suntikan modal dari Amartha, dia mampu meraup pendapatan hingga Rp 4 juta per bulan.
Hal tersebut tentu sangat membantu Surpi dan keluarga untuk memenuhi kebutuhannaya sehari-hari. Selain itu, dia juga telah membeli dua anak kerbau pada awal 2014 lalu dan saat ini telah siap berkembang biak. Suami Surpi selalu tekun merawat kerbau-kerbaunya, menggembala kerbaunya setiap sore hari, memandikan dan tentu saja rutin memberi makan dan vitamin.
Dia membeli anak kerbau pada 2014 dari modal Amartha dan keuntungan bertani. Dia menggunakan kerbau untuk membajak sawah. "Selain bantu di tani, nanti bisa dijual dan diternaikin," kata dia.
Itulah mengapa Amartha berkomitmen selalu hadir di tengah-tengah masyarakat piramida terbawah Indonesia. Anartha hendak memberikan akses pemodalan untuk menciptakan inklusi ekonomi yang merata dan membantu masyarakat akar rumput untuk terus mandiri dan berdaya.