EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman menjalin kerja sama di sektor pangan dengan tiga negara di Oseania, Fiji, Vanuatu, dan Samoa. Salah satunya, terkait impor beras dengan harga miring sekitar 1 dolar AS per kilogram (sekitar Rp 13 ribu) dan impor Kelapa.
"Beras mereka beli Rp 23 ribu, 2 dolar. Kami tawarkan 1 dolar, mereka bersedia," ujarnya usai menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan Menteri Pertanian masing-masing negara di lantai 2 Gedung A Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Rabu (9/8).
Untuk menyuplai beras ke negara Vanuatu dan Fiji, Menteri Amran telah membuka lahan di daerah perbatasan atau didaerah pinggiran seperti di Kabupaten Lingga. Kementerian Pertanian hingga saat ini masih berupaya meningkatkan jumlah lahan dan produksi padi di daerah perbatasan, khususnya Merauke, Papua.
"Kita sudah bangun sawah 10 hektare di Merauke. Kita akan tambah lagi. Dulu harga beras di sana Rp 50 ribu/kg. Sekarang Rp 10 ribu. Kalau Rp 13 ribu, kan masih untung," jelasnya.
Selain Merauke, peningkatan lahan di beberapa daerah perbatasan lain juga dijadwalkan akan dilakukan dalam waktu dekat, seperti di Lingga, Nusa Tenggara Timur (NTT). Untung kecil, ungkap peraih gelar doktor Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar ini, merupakan bagian dari strategi bisnis yang dilakukannya untuk menciptakan 'ketergantungan'.
Sehingga, negara yang telah bermitra dengan Indonesia nantinya tidak berkeberatan ketika harganya dinaikan. "Kalau sudah lancar, kenal baik, baru naik (harganya, red)," kata dia.
Amran menjamin Indonesia tidak akan kekurangan beras meski mengekspor ke negara tersebut. Sebab, stok di Indonesia sekarang mencapai 1,7 juta-1,8 juta ton atau setara kebutuhan nasional selama sembilan bulan. Amran menambahkan, kerja sama tersebut juga menyangkut komoditas lain serta Indonesia memberikan bantuan mekanisasi untuk Fiji, Vanuatu, dan Samoa