Jumat 18 Aug 2017 11:11 WIB

1.203 Desa di NTT Ditarget Teraliri Listrik pada 2018

Red: Agus Yulianto
  Dua petugas PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sedang menyelesaikan jaringan kabel listrik di wilayah Kecamatan Oenino, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (15/8) lalu.
Foto: Republika/Rakhmat Hadi Sucipto
Dua petugas PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sedang menyelesaikan jaringan kabel listrik di wilayah Kecamatan Oenino, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (15/8) lalu.

EKBIS.CO, ATAMBUA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) menargetkan seluruh desa di kawasan tersebut sudah mendapatkan pasokan listrik pada 2018 mendatang. General Manager PT PLN Wilayah NTT Richard Safkaur menyatakan, dari total 3.270 desa di NTT, masih ada 1.203 desa yang belum menikmati pasokan listrik hingga Agustus 2017.

“Pemerintah melalui Bapak Presiden sudah meminta Direktur Utama PT PLN agar memenuhi kebutuhan listrik di seluruh desa di NTT. Kami pihak PLN diberi target pada 2018 sudah harus memasok listrik ke seluruh desa di NTT,” ujar Richard seperti dilaporkan Wartawan Senior Republika, Rakhmat Hadi Sucipto dari Atambua, NTT, Kamis (17/8).

Pihaknya, menurut Richard, tidak bisa secara serempak memenuhi kebutuhan listrik bagi seluruh warga NTT pada tahun ini. Karena beberapa keterbatasan, termasuk dana, PLN Wilayah NTT akan secara bertahap membangun jaringan dan memasok listrik ke warga.

Khusus pada 2017, jelas Richard, PLN akan berusaha keras menerangi 633 desa di NTT. Jika rencana ini terwujud, masih ada 570 desa yang harus segera dipasok listrik pada tahun mendatang. “Menikmati aliran listrik itu hak setiap warga negara Indonesia. Karena itu, kita akan berjuang keras agar mereka bisa menikmatinya. Kita sudah ditarget untuk menerangi seluruh desa yang masih gelap pada 2018, bukan tahun 2019,” ungkap Richard.

Bila dilihat dari rasio elektrifikasi, status desa yang belum berlistrik di wilayah NTT memang sangat menyedihkan. Sebagai gambaran, pada 2016 rasio desa berlistrik di NTT masih sangat rendah, hanya 63,21 persen. Mengapa demikian? Karena desa yang belum berlistrik mencapai 1.203, sementara total desa yang ada di NTT sebanyak 3.270 desa. Jika ada tambahan 633 desa yang mendapat pasokan listrik pada tahun 2017 ini, rasio elektrifikasi desa di NTT bertambah menjadi 82,57 persen. “Kita harapkan rasionya menjadi sempurna 100 persen pada tahun 2018,” ujar Richard.

Demi mempercepat dan memperlancar target listrik desa (lisdes) di NTT, menurut Richard, pihaknya melibatkan seluruh bupati dan wali kota di wilayah NTT. Timnya terus berkoordinasi dengan mereka. “Karena tanpa mereka, rencana dan pelaksanaan proyek pembangunan jaringan listrik di NTT tak akan berjalan sesuai harapan,” ujar Richard.

“Sebagai contoh, kita minta pemda menjelaskan dan meminta kepada warga agar ikhlas pohonnya ditebang demi memasang tiang listrik dan dilewati jaringan listrik dari PLN.”

Direktur Bisnis PT PLN Regional Jawa Bagian Timur, Bali, dan Nusa Tenggara, Djoko Rahardjo Abu Manan, menyatakan kehadiran listrik di suatu daerah akan menimbulkan efek berantai yang positif. "Listrik adalah salah satu pendorong perekonomian. Ketersediaan listrik akan menimbulkan investasi untuk suatu daerah,” jelas Djoko.

“Untuk itu, upaya pembangunan infrastruktur harus dilakukan hingga perbatasan."

Beberapa kabupaten di NTT, menurut Djoko, berbatasan dengan negara tetangga, yaitu Republik Demokratik Timor Leste. Namun, beberapa wilayah masih belum terjangkau aliran listrik. Padahal, mereka menjadi wilayah terdepan dan wajah pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia bagi negara tetangga. Karena itulah, pihaknya akan bekerja keras memenuhi target memasok listrik bagi seluruh desa di NTT pada tahun mendatang.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement