EKBIS.CO, KUPANG -- General Manager PT PLN (Persero) Wilayah Nusa Tenggara Timur Richard Safkaur mengatakan rasio elektrifikasi listrik di daerah berbasis kepulauan itu mencapai 62 persen hingga Juli 2017. Rasio ini bertambah sekitar empat persen dibanding sebelumnya yang hanya 58 persen lebih dengan total daya mampu seluruh sistem NTT posisi Juli 2016 sebesar 161,56 Megawatt (MW), dengan cadangan sebesar 18,54 MW.
Ia mengatakan hal itu terkait dengan tingkat perkembangan rasio elektifikasi di daerah yang belum berkembang, terpencil, perbatasan, dan pulau-pulau kecil berpenghuni lainnya. Ia mengatakan bertambahnya rasio elektrifikasi itu terjadi karena adanya upaya menerangi listrik di desa-desa di provinsi kepulauan itu sejak pertengahan 2016 hingga pertengahan 2017.
"Hingga pertengahan 2017 ini, rasio elektrifikasi kita sudah naik 4 persen dari sebelumnya 58 persen sekarang sudah mencapai diatas 62 persen," katanya.
Bahkan, sejak Januari hingga Juni 2017, PLN telah memasang infrastruktur jasa itu lebih dari 20 desa yang menyebar di sejumlah pulau, seperti Pulau Timor, Pulau Rote, Pulau Flores, dan sekitarnya. Richard menargetkan rasio eletkrifikasi NTT akan mencapai 100 persen pada 2018 dengan melistriki sebanyak 1.194 desa yang belum berlistrik di provinsi 'Selaksa Pulau' itu.
"Kerja melistriki ribuan desa dibagi dalam dua tahap, 698 desa di tahun 2017 dan 518 desa tahap selanjutnya di tahun 2018," katanya.
Untuk itu, katanya, selama 2017 PLN ditargetkan harus membangun 2.313 kilometer sirkuit (kms) jaringan tegangan menengah, 2.265 kms jaringan tegangan rendah, 731 buah gardu dan 4.477 mva. Target pembangunan pada 2018, di antaranya 3.104 kms jaringan tegangan menengah, 2.268 jaringan tegangan rendah, 831 buah gardu, dan 21.380 mva.
Secara nasional, pemerintah menargetkan sebanyak 10.300 desa tertinggal yang sebagian besar berada di Indonesia bagian timur, teraliri listrik mulai 2016 hingga 2019.