Senin 04 Sep 2017 14:24 WIB

Ini Penyebab Sawah Terkena Hama Wereng

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Dwi Murdaningsih
Babinsa dan PPL melaksankan pendampingan pengendalian serangan hama wereng coklat di lahan Kelompok Tani Ngudi Rejeki Desa Kaliwining.
Foto: dok.Kodim Jember
Babinsa dan PPL melaksankan pendampingan pengendalian serangan hama wereng coklat di lahan Kelompok Tani Ngudi Rejeki Desa Kaliwining.

EKBIS.CO, JAKARTA--Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan hanya ada 0,4 persen lahan pertanian yang terkena hama Wereng Batang Cokelat (WBC).  Tahun ini, ada lahan seluas 63.075 hektare yang terserang hama WBC dengan Puso 20.152 hektare. Sementara total luas tanam periode Oktober 2016-Agustus 2017 seluas 15,1 juta hektare.

"Itu 0,4 persen. Ambang batasnya 5 persen," ujar dia pada Rapat Koordinasi Antisipasi Hama dan Penyakit Tanaman Serta Dampak Perubahan Iklim di Auditorium Kementerian Pertanian, Senin (4/9).

Berdasarkan laporan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) periode Januari-Agustus 2017, luas serangan WBC sedang 4.716 hektare, serangan berat 2.025 hektare dan Puso 1.636 hektare. Sementara pada 2016 serangan sedang 2.058 hektare, serangan WBC berat 224 hektare dan Puso 154 hektare. 

Sebaran lahan yang terkena hama berada di Pulau Jawa terutama di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Serangan hama wering ini, kata dia, karena adanya tindakan tanam terus guna mendorong produksi padi nasional.

Plt Direktur Perlindungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan Yanuardi mengatakan, tanam terus menerus dilakukan untuk mengejar Luas Tambah Tanam (LTT) agar produksi selalu ada. Namun pengelolaan tanah menjadi sangat krusial di tengah upaya tanam terus saat ini.

Menurutnya, kebanyakan para petani menanam begitu saja di tanah yang hanya dibersihkan saja tanpa dibajak. Padahal, untuk mengurangi serangan wereng, perlu dilakukan pengolahan tanah sempurna.

"Setelah itu baru dirotary, setelah dirotary baru direndam kemudian mereka semai dan ditanam," ujar dia.

Penyuluh pun telah menjalankan tugasnya untuk membimbing para petani. Namun kemudahan menggunakan rotary membuat petani enggan melakukan pembajakan terlebih dahulu sehingga tanahnya tidak terolah.

Usulan melakukan jeda tanam pun digulirkan oleh akademisi untuk melakukan jeda tanam. Jeda tanam tersebut yakni merendam benih selama sepekan atau sebulan sebelum kemudian ditanam.

"Tapi kan kita mengejar LTT kita," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement