EKBIS.CO, JAKARTA -- Alumni IPB angkatan 27, Rico Simanjuntak turut angkat bicara mengomentari surat Rifda Ammarina yang merupakan seniornya kepada Presiden Jokowi pada (7/9). Surat tersebut memberikan masukan kepada Presiden Jokowi terkait solusi untuk memajukan pembangunan pertanian melalui kebijakan yang mendorong produktivitas dan efisien yakni dengan mengganti Menteri Pertanian dari alumni IPB.
Menurut Rico, menteri pertanian atau pemimpin Indonesia bisa berasal dari kampus mana saja. Rico menegaskan sebagai seorang akademisi, seharusnya Rifda tidak berpikir sempit tentang eksistensi sebagai alumni. Negara ini boleh dipimpin oleh alumni perguruan tinggi dari mana saja atau orang apa saja. Utamanya adalah yang mempunyai kemampuan, integritas tinggi untuk negara, bersih, loyal kepada merah putih dan memiliki cita-cita tinggi untuk menyejahterakan petani dan menjadikan pangan Indonesia yang dapat menghidupi dunia.
Tentang hal ini, Rico Simanjuntak menilai bahwa respons dan masukan Rifda tidak mencerminkan insan akademis atau intelektual yang benar-benar memiliki tekad membangun bangsa dan negara. Jika ingin membangun pertanian secara benar, harusnya melepaskan diri dari kepentingan bisnis, kelompok, organisasi terutama ambisi pribadi untuk menjadi memimpin negara.
“Sebagai alumni IPB seyogyanya senior ku Rifda yang masih kami hormati, haruslah berpikir jernih dan rasional bahkan introspeksi sehingga bisa menjaga nama besar almamater IPB. Kritikan kakak Rifda sangat syarat dengan kepentingan pribadi dan kelompok, ambisius, dan meragukan kemampuan orang atau kelompok lain,” kata Rico, Jumat (8/9).
Rico mengungkapkan walaupun masih banyak masalah sektor pertanian yang belum diselesaikan, namun pandangan harus adil. Menurut dia, harus diakui juga bahwa saat ini pertanian tetap tumbuh positif, andalan devisa sektor non migas. Sejak 2016 tidak impor beras medium, cabai segar, bawang merah dan pada 2017 tidak impor jagung pakan ternak. Bahkan telah ekspor bawang merah, perkebunan, dan lainnya.
“Capaian ini sebagian besar adalah prestasi petani yang lahannya sempit, modal terbatas, sebagian miskin. Bukankah ini suatu prestasi kerja yang hakiki anak bangsa? Itu lah pertanian kita sesungguhnya," kata dia.