EKBIS.CO, JAKARTA -- Mentri Perindustrian, Airlangga Hartato mengatakan hingga saat ini salah satu kendala pengembangan industri hilir di Masela adalah mengenai harga gas. Airlangga mengatakan masih ada perbedaan pandangan harga gas antara pihak pemerintah dan industri hilir.
Airlangga menjelaskan, dalam kacamata industri, harga gas jangan dipatok melalui standar based price. Ia menjelaskan, industri ingin harga gas dilihat dari struktur harga komoditasnya.
Hal ini dinilai bisa menguntungkan pihak industri hilir. Sebab, jika harga gas sebagai bahan baku utama industri hilirisasi tak bisa bersaing, maka harga dari hasil produksi juga tidak bisa bersaing.
"Persiapan industri di masela masih bicara mengenai harga tadi saya sampaikan mengenai harga itu basisnya bukan fix tapi harga berbasis produk. Nah itu kita sekarang ada sedikit perubahan mengenai formulasi harga. Jadi kalau formulasi harga belum ketemu, maka investornya belum bisa jalan," ujar Airlangga, Selasa (26/9).
Airlangga mengatakan pihak industri menghitung bahwa harga gas sampai pada plain gate tak bisa lebih dari 3 dolar. Hal ini dikarenakan komponen produksi industri hilir nantinya tak hanya untuk gas saja, tetapi juga banyak komponen lain yang harus dicover agar harga produksi bisa bersaing dengan negara lain.
"Ini proyek masih dalam studi, kalau harganya gak ketemu ya gak bisa jalan ini. Kalau deal jadi, proyek baru bisa jalan. Mereka masih menghitung," ujar Airlangga.
Namun, disatu sisi Menteri ESDM, Ignasius Jonan mengatakan memang tak mudah menekan harga gas produksi dari Blok Masela hingga 3 dolar AS. Harga 3 dolar AS tersebut bisa dicapai apabila pabrik berada di dekat mulut tambang, atau dalam hal ini, pabrik hilir tersebut dibangun tak jauh dari Blok Masela.
Ia melanjutkan, industri berbahan baku gas memang sudah seharusnya membangun industrinya di dekat lapangan gas. Jika tidak demikian, maka selamanya harga gas tidak bisa turun.
Maka dari itu, lanjutnya, pemerintah saat ini mulai peduli dengan pembangunan industri hilir gas di dekat lapangan migas. Ia mencontohkan kompleks industri petrokimia yang rencananya akan dibangun di dekat Blok Masela yang dioperatori Inpex Corporation.
Saat ini industri yang dipersiapkan pemerintah untuk menyerap gas Masela adalah PT Pupuk Indonesia (Persero) sebesar 240 MMSCFD, PT Kaltim Methanol Industry dengan alokasi 130 MMSCFD, dan PT Elsoro Multi Pratama dengan alokasi 100 MMSCFD.
Meski menyarankan pembangunan industri di dekat kepala sumur, ia mengatakan pemerintah masih tetap menggodok penurunan harga gas bagi industri sesuai Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2016.
Diakuinya saat ini penurunan harga gas baru mencakup tiga sektor, yaitu pupuk, baja, dan petrokimia. Ia berharap, sisa empat sektor lain yang terdiri dari sarung tangan karet, oleochemical, keramik, dan kaca bisa segera diatur tahun ini. Menurut Peraturan Menteri ESDM Nomor 40 Tahun 2016, harga gas hulu bagi industri pupuk berada pada rentang 2,85 dolar AS per MMBTU hingga 7,5 dolar AS per MMBTU.