EKBIS.CO, JAKARTA -- Harga pangan diperkirakan mempengaruhi inflasi pada akhir tahun seiring peningkatan permintaan jelang Natal dan Tahun Baru. Sementara, pada September, harga pangan dinilai relatif terkendali.
Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengatakan pengendalian harga komoditas pangan pada September didukung koordinasi antara pemerintah dan Bank Indonesia. Namun, harga pangan tetap harus diwaspadai pada akhir tahun.
"Tren inflasi harga bergejolak diperkirakan akan meningkat seiring kenaikan permintaan jelang Natal dan Tahun Baru," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Senin (2/10).
Inflasi bulan September 2017 tercatat sebesar 0,13 persen (mtm) atau 3,72 persen (yoy) dan secara year to date (ytd) mencapai 2,66 persen. Inflasi tersebut terutama didorong oleh inflasi inti sebesar 0,21 persen dan inflasi harga yang diatur pemerintah (administered prices) sebesar 0,03 persen.
Sementara, komponen harga bergejolak (volatile food) tercatat deflasi 0,11 persen. "Deflasi komponen bergejolak dipengaruhi oleh tren penurunan beberapa komoditas pangan seperti bawang merah, daging ayam, bawang putih, telur ayam dan cabai rawit," ujarnya
Sementara itu, inflasi inti yang berkontribusi sebesar 0,21 persen dari inflasi 0,13 persen dimana inflasi inti kelompok traded didorong oleh kenaikan harga emas perhiasan dan gula pasir. "Selain itu, kelompok nontraded inflasi inti didorong oleh kenaikan uang kuliah perguruan tinggi, diikuti dengan kenaikan tarif sewa rumah," ujarnya.
Ke depan, ia memperkirakan inflasi inti akan cenderung meningkat sekitar 3,2-3,3 persen (yoy). Hal itu seiring dengan ekspektasi pemulihan permintaan domestik. Secara keseluruhan, inflasi umum diperkirakan kurang dari 4 persen (yoy) pada akhir tahun ini. "Meskipun demikian, suku bunga acuan diperkirakan tetap di level 4,25 persen hingga akhir tahun ini," ujarnya.