EKBIS.CO, SURABAYA -- Perusahaan listrik PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) berencana menerapkan digitalisasi kelistrikan akhir Oktober 2017, untuk penghematan atau efisiensi sekitar 2 sampai 4 persen di perusahaan tersebut.
Direktur Utama PT PJB, Iwan Agung Firstantara mengatakan tahap awal digitalisasi kelistrikan dilakukan di bagian engineering atau unit permesinan perusahaan tersebut dengan mengakomodasi data-data kelistrikan secara aktual.
Iwan yang ditemui usai membuka pelatihan kelistrikan bersama tujuh negara ASEAN itu mengaku, digitalisasi yang dilakukan PJB merupakan program kali pertama di wilayah ASEAN, dan berfungsi merangkum data unit-unit permesinan.
"Sekitar 23 Oktober 2017 nanti akan kami luncurkan program 'PJB Connect', tujuannya sebagai efisiensi tenaga dan unit-unit di bagian permesinan, dan ini merupakan program pertama di wilayah ASEAN," tuturnya di Surabaya, Senin (2/10).
Digitalisasi di lingkungan PJB, kata dia, merupakan terobosan baru dalam dunia kelistrikan, dan nantinya bisa mengakomodiasr seluruh data lalu menghasilan suatu rekomendasi baru. "Apakah program ini akan diadopsi oleh kalangan kelistrikan di tujuh negara ASEAN yang ikut dalam pelatihan ini?, kami lihat nanti perkembangannya ke depan," ujarnya.
Sementara itu, pelatihan kelistrikan bersama tujuh negara ASEAN bertujuan untuk memajukan ekonomi kawasan Asia Tenggara, dengan meningkatkan kelistrikan dunia. Program yang juga disebut dengan "WG 5" atau" ASEAN Residental School In Electric Power Enginering" (ARSEPE) itu diikuti 7 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Vietnam, Filipina , Thailand, Laos dan Singapura.
Tujuh negara itu, tergabung "Heads of ASEAN Power Utilities/Authorities" (HAPUA) yang diharapkan mampu berkontribusi menyiapkan kader-kader SDM unggulan di bidang ketenagalistrikan dalam menghadapi "ASEAN Power Grid" (APG) atau interkoneksi kelistrikan di ASEAN.
Pelatihan dititikberatkan pada upaya untuk saling berbagi strategi dan peningkatan SDM dengan fokus penerapan "Occupational Safety and Health Engineering" (OSHE) di pembangkit listrik, karena tingginya nilai aset serta risiko bahaya yang kompleks pada dunia kelistrikan.