Rabu 04 Oct 2017 15:55 WIB

Produksi Garam Indramayu Terhenti, Ini Sebabnya

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nur Aini
Petani memanen garam (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Petani memanen garam (ilustrasi)

EKBIS.CO, INDRAMAYU  -- Hujan yang mulai mengguyur wilayah Kabupaten Indramayu dalam beberapa hari terakhir, membuat produksi garam petani terhenti. Hal itupun membuat harga garam yang sempat turun kembali merangkak naik.

 

''Ya otomatis produksi garam saat ini berhenti,'' kata salah seorang petani garam di Desa Muntur, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Robedi, kepada Republika.co.id, Rabu (4/10).

 

Robedi menjelaskan, petani garam sebenarnya sedang giat-giatnya memproduksi garam. Namun ternyata, hujan yang mulai turun sejak dua minggu yang lalu, membuat aktivitas mereka terpaksa terhenti. Pasalnya, hujan membuat tingkat salinitas (keasinan atau kadar garam terlarut air) menjadi rendah sehingga pembentukan kristalisasi garam menjadi sulit.

 

Robedi mengakui, hujan saat ini belum mengguyur setiap hari. Petani pun berusaha melakukan pengeringan dan pengolahan awal saat hujan berhenti turun. Namun, di saat pengeringan baru berjalan dua sampai tiga hari, ternyata hujan kembali mengguyur hingga memupus harapan petani garam.

 

Robedi mengatakan, kondisi itu menyebabkan stok garam di tingkat petani menjadi berkurang. Dia memperkirakan, di seluruh Kecamatan Losarang, produksi garam kurang lebih hanya 5.000 ton. Akibatnya, harga garam yang sempat turun kembali melonjak.

 

Saat ini, kata Robedi, harga garam sudah mencapai Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per kg. Padahal, saat garam impor masuk beberapa bulan yang lalu, harga garam petani sempat anjlok di bawah Rp 1.000 per kg.

 

"Permintaan garam masih tinggi, tapi stoknya hanya sedikit", terang Robedi.

 

Hal senada diungkapkan Ketua Asosiasi PetaniGaram (Apgasi) Jawa Barat, M Taufik. Dia mengatakan, produksi garam di Jabar saat ini memang terhenti akibat hujan yang mulai mengguyur.

 

"Satu hari hujan, butuh pemulihan untuk lahannya selama satu minggu. Saat pemulihan lahan baru beberapa hari, hujan sudah kembali mengguyur, "ujar Taufik.

 

Taufik mengatakan, hujan yang sudah mulai turun saat ini menyebabkan produksi garam di Jabar menjadi cukup rendah, yakni hanya sekitar 200 ribu ton. Padahal, biasanya bisa mencapai 600 ribu ton.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement