EKBIS.CO, CIREBON -- Ribuan hektare lahan tanaman tebu milik petani di Kabupaten Cirebon hingga kini masih terabaikan. Lahan tersebut belum diolah sebagaimana mestinya karena petani tidak memiliki modal akibat belum lakunya gula.
"Ada sekitar 2.000 hektare lahan tebu yang musim tanamnya saat ini terbengkalai," kata Wakil Ketua DPD AndalanPetani tebu Rakyat (APTRI) Jabar, Mae Azhar, kepada Republika.co.id, Rabu (4/10).
Mae menyebutkan, lahan tanaman tebu yang saat ini masih terbengkalai itu di antaranya tersebar di Kecamatan Sindanglaut, Astanajapura, Pangenan, dan Greged. Seharusnya, ribuan hektare lahan di daerah-daerah tersebut sudah memasuki proses dampas, yakni memotong bagian tanaman tebu/diratakan dengan tanah agar tumbuhnya bagus.
Menurut Mae, para petani tebu saat ini tidak memiliki modal untuk membiayai musim tanam tersebut. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mereka terpaksa harus berutang. "Petani harus pinjam kanan kiriuntuk memenuhi kebutuhan hidup mereka," tutur Mae.
Mae menyebutkan, modal yang dibutuhkan petani tebu untuk tris I, atau modal awal untuk benih dan sebagainya sekitar Rp 25 juta. Sedangkan modal untuk pemeliharaan atau tris II sekitar Rp 17 juta.
Mae mengatakan, modal tanam pada tahun ini seharusnya diperoleh dari hasil tanam tahun lalu. Namun, dari hasil tanam tahun lalu itu, petani belum bisa menikmatinya karena gula milik mereka hinggakini belum terjual.
Dalam kesempatan terpisah, salah seorang petani tebu dari Desa Beringin, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Dulsalam,membenarkan sulitnya para petani tebu memperoleh modal saat ini.
"Saya sudah menanam tebu selama 32 tahun. Tapi baru tahun ini benar-benar terpuruk," kata Dulsalam.
Dulsalam termasuk petani yang melakukan tebang (panen) pada Juni 2017. Setelah tebang, lahan tebu harus kembali digarap. Modal untuk menggarap itulah yang tak dimilikinya sehingga harus berutang.
"Saya ini sekarang abis-abisan. Sampe harus ngutang kanan kiri, ke tetangga dan saudara untuk biaya tanam, " ujar Dulsalam.