EKBIS.CO, AMBON -- Indonesia akan mengembalikan kejayaan rempah yang sempat mendunia. Hal itu diyakini tercapai dalam kurun waktu 10 tahun.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan pihaknya adalah dengan mengalokasikan anggaran besar untuk bibit sebesar Rp 5,5 triliun. Selain itu, ada juga bantuan bibit sebesar Rp 200 miliar yang bersumber dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBNP) 2017.
"Bantuan Rp 200 miliar tersebut diberikan kepada Provinsi Maluku dan Maluku Utara, masing-masing Rp 100 miliar," kata dia dalam rapat kerja (raker) tentang Kembalikan Kejayaan Rempah Indonesia di Kantor Gubernur Maluku, Ambon, Rabu (4/10).
Melalui siaran resmi yang diterima, Amran meminta kepala dinas terkait untuk mengalokasikan bantuan tersebut ke sejumlah daerah berdasarkan keunggulannya masing-masing. Jadi arahnya merupakan skala ekonomis.
Dalam kesempatan tersebut, sebanyak 20 unit traktor diberikan Amran untuk mendukung pelaksanaan membangkitkan lagi rempah Tanah Air.
Untuk menyejahterakan petani, pemerintah mendorong investor untuk datang dan membangun industri pengolahan sekaligus menjual produk jadi. Amran pun mendorong pihak akademisi turut berpartisipasi pada kegiatan yang bertujuan mengembalikan kejayaan rempah nusantara 500 tahun silam, kala dijajah Eropa.
"Para akademisi diharapkan menjadi pendamping, agar implementasinya di lapangan berjalan optimal," ujar dia.
Selain pendampingan, pengawasan oleh jajaran Kodam XVI/Pattimura dan Polda Maluku turut disertakan. Dengan adanya injeksi dari mereka maka kegiatan kurang menyenangkan, seperti penyaluran bantuan bibit palsu diharapkan tidak terjadi.
Menteri yang lahir di tanah Sulawesi ini optimistis rempah-rempah nusantara akan kembali berjaya dalam tempo satu dasawarsa. Optimisme tersebut didukung oleh dua keunggulan di Maluku. Pertama, ketersediaan bibit unggul, seperti kayu manis, cengkeh, pala, dan sebagainya. Penduduk Maluku pun berasal dari gen unggul, baik Arab, Cina, Belanda, Inggris, dan Portugis. Kedua, agroklimat Maluku pun tiada banding.
"Persoalannya, mau enggak gen-gen ini bertemu? Kalau bertemu, ini dahsyat," katanya.
Ia meyakini, bangsa Eropa akan kembali melirik Indonesia layaknya kisah 500 tahun silam. Namun, kehadirannya nanti adalah menjadi pembeli rempah-rempah, dan sebagai turis. "Kalau ini kita angkat kembali, Belanda nanti kembali ke sini, Inggris ke sini, Cina ke sini sebagai pembeli, dan turis," jelas dia.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Maluku Said Assagaf menyambut baik dan gembira upaya pemerintah membangunkan kembali rempah. "Semoga dengan gagasan Pak Menteri, rempah-rempah kembali dapat perhatian dan menjadi sumber kesejahteraan rakyat di negeri ini," ucapnya.
Perkembangan peradaban Maluku tak lepas dari rempah. Sejak 1500-an, kekayaan rempah di Maluku mampu menjadi magnet bagi Eropa untuk datang. Dari rempah itu pulalah awal proses kolonialisasi di nusantara dengan Maluku satu-satunya wilayah yang pernah dijajah lima bangsa. "Maluku pun disebut negara lain sebagai jalur rempah atau pulau rempah," ujar dia.