EKBIS.CO, NEW DELHI -- BUMN minyak milik Arab Saudi, Saudi Aramco, menjajaki kesepakan bisnis bersama penyulingan minyak di India tahun depan. CEO Aramco Amin Nasser mengatakan, seperti perusahaan minyak lain, Aramco ingin menangkap peluang peningkatan permintaan dan investasi di negara konsumen minyak terbesar ke tiga dunia.
''Kami harap bisa memiliki usaha gabungan di waktu mendatang,'' kata Nasser seperti dikutip Reuters, Senin (9/10).
Soal kepastian waktunya, Nasser berharap bisa tahun depan. Aramco sedang dalam diskusi serius dengan beberapa pihak. Nasser mengatakan Aramco tertarik berinvestasi di sektor hilir India seperti penyulingan, petrokimia, dan ritel bahan bakar. Aramco sendiri juga sudah membuka kantor perwakilan di New Delhi sebagai bentuk keseriusan ekspansi.
''India adalah pasar yang penting, skalanya besar,'' kata Nasser.
Tahun lalu, pertumbuhan kebutuhan energi di India mencapai delapan persen dibanding kebutuhan global yang hanya 1,5 persen. Sehingga, Aramco merasa perlu ada di India.
Menteri Energi India Dharmendra Pradhan menyatakan, Aramco tertarik berinvestasi dalam proyek penyulingan di Asia dan akan segera pula masuk ke India. Ia menyebut, Aramco berminat membeli saham dalam proyek penyulingan minyak di pesisir barat India yang mampu memproduksi 1,2 juta barrel minyak per hari.
Badan Energi Dunia memprediksi kapasitas penyulingan minyak Indona akan terus ditingkatkan seiring meningkatnya permintaan. Hal itu jelas membutuhkan investasi baru.
Aramco sedang terus berinvestasi di sejumlah penyulingan minyak di luar Saudi sebagai bagian ekspansi pasar. Hal ini juga jadi persiapan mereka menuju penawaran saham perdana kepada publik (IPO) tahun depan.
Produsen minyak terbesar dunia itu berencana melepas lima persen saham mereka yang setara 100 miliar dolar AS tahun depan. Bila teralisasi, ini akan jadi IPO terbesar di dunia.
Sejauh ini, Arab Saudi adalah pesaing utama Irak sebagai pemasok minyak ke India. Awal tahun ini, Arab Saudi sudah menjanjikan investasi untuk sejumlah proyek Indonesia dan Malaysia untuk mengamankan kontrak suplai minyak dalam jangka panjang.