Jumat 13 Oct 2017 17:25 WIB

Penyerapan Beras Bulog Indramayu Terkendala Harga Gabah

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nur Aini
Sejumlah pekerja mengeringkan gabah di pelataran penggilingan padi/ilustrasi
Foto: Antara
Sejumlah pekerja mengeringkan gabah di pelataran penggilingan padi/ilustrasi

EKBIS.CO,   INDRAMAYU -- Tingginya harga gabah di tingkat petani di Kabupaten Indramayu saat ini membuat penyerapan Bulog Sub Divre Indramayu menjadi terganggu.

"Ya penyerapan saat ini terkendala," ujar Kepala Bulog Sub Divre Indramayu, Asep Buhori, saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (13/10).

Asep menyebutkan, target penyerapan Bulog Indramayu pada tahun ini mencapai 114 ribu ton setara beras. Dari jumlah tersebut, saat ini realisasinya baru mencapai 56 ribu ton setara beras atau 48 persen.

Asep mengakui, serapan saat ini menurun drastis dibandingkan tahun sebelumnya. Pada bulan yang sama tahun lalu, serapan Bulog Indramayu sudah mencapai 80 persen. Sedangkan, sejak awal tahun hingga pertengahan Oktober tahun ini, realisasinya baru 48 persen.

Penurunan itupun terlihat dari penyerapan setiap harinya. Saat ini, beras yang masuk ke Bulog Indramayu hanya berkisar 30-50 ton per hari. Sedangkan tahun lalu, penyerapan bisa mencapai 500 ton per hari.

Asep menjelaskan, kondisi itu disebabkan menurunnya produksi padi petani akibat serangan hama klowor dan wereng. Akibatnya, suplai produksi padi dari petani menjadi rendah.

Di sisi lain, permintaan terhadap beras justru mengalami peningkatan. Sesuai prinsip ekonomi, harga akhirnya melambung karena suplai yang ada tidak seimbang dengan tingginya permintaan. "Apalagi saat ini musim panen gadu (kemarau) hampir berakhir," tutur Asep.

Saat ini, harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani sudah mencapai Rp 6.200 Rp 6.500 per kg. Sedangkan harga beras jenis mediumnya mencapai Rp 8.500 per kg.

Harga itu jauh lebih tinggi dibandingkan harga pembelian pemerintah (HPP). Untuk HPP GKG di tingkat gudang Bulog, hanya Rp 4.650 per kg yang kini dinaikkan 10 persen menjadi Rp 5.115 per kg. Sedangkan HPP beras hanya Rp 7.300 per kg yang kini naik menjadi Rp 8.030 per kg.

Dengan disparitas harga yang cukup jauh itu, para petani akhirnya lebih memilih menjual gabah dan berasnya kepada pengusaha/pedagang beras dibandingkan ke Bulog. Apalagi, pengusaha/pedagang beras tidak terlalu menetapkan syarat kualitas beras yang ketat seperti halnya Bulog.

"Pengusaha beras selalu belinya diatas harga Bulog. Jadi petani lebih memilih menjual ke mereka dibanding ke Bulog, " kata Asep.                       

Dengan kondisi tersebut, Asep mengakui target penyerapan pada tahun ini tidak mungkin tercapai. Namun, dia akan terus berusaha untuk melakukan penyerapan sebanyak-banyaknya dalam 80 hari.

Untuk meningkatkan penyerapan, Bulog Indramayu pun memberikan pelayanan yang prima kepada para mitra Bulog. Salah satunya dengan membayar langsung beras yang disetorkan oleh mitra kepada Bulog. Bahkan, Bulog sudah meminta kepada Bank BRI Indramayu yang melakukan pembayaran kepada mitra, untuk buka hingga pukul 20.00 WIB.

Wakil Ketua KTNA Kabupaten Indramayu, Sutatang, mengakui, tingginya harga gabah di tingkat pedagang/pengusaha beras membuat petani lebih memilih menjual gabah kepada mereka dibandingkan ke Bulog.

"Petani tentu ingin yang lebih mahal, " kata Sutatang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement