EKBIS.CO, JAKARTA -- Mulai November mendatang, semua transaksi di jalan tol wajib menggunakan uang elektronik. Program elektronifikasi jalan tol ini secara otomatis akan menghilangkan fungsi petugas di gerbang tol yang sebelumnya melayani transaksi dengan uang tunai. Kendati begitu, Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) berkomitmen untuk tidak mengurangi jumlah karyawan.
Vice President Operation Management PT Jasa Marga Tbk Raddy R Lukman mengatakan, pihaknya telah memprediksi ada 1.350 pekerjaan yang akan hilang apabila seluruh jalan tol yang dioperasikan Jasa Marga hanya menerima transaksi non-tunai. Untuk tahap awal, kata dia, paling tidak akan ada 577 pekerjaan yang hilang.
Namun begitu, Raddy menegaskan Jasa Marga tidak akan melakukan pemutusan hubungan kerja pada karyawan yang semula bertugas di gardu tol. Mereka akan dialihkan untuk mengisi pekerjaan di divisi-divisi lain, seperti petugas layanan informasi terpadu yang merupakan unit baru di Jasa Marga. Selain itu, lanjut Raddy, sebagian karyawan juga akan ditampung oleh anak perusahaan Jasa Marga yang baru saja mengoperasikan sejumlah ruas tol baru, seperti ruas tol Kualanamu-Sei Rampah, Bawen-Salatiga dan Surabaya-Mojokerto.
"Jadi, kami berkomitmen tidak akan mengurangi jumlah karyawan," kata Raddy, dalam konferensi pers di kantor pusat Jasa Marga, Jakarta, Ahad (15/10).
Senada dengan Jasa Marga, Astra Infra Toll Road juga menyatakan akan tetap mempertahankan jumlah karyawan. Saat ini, Astra memiliki enam ruas jalan tol, tiga jalan tol telah dioperasikan dan tiga lainnya masih dalam proses konstruksi.
Adapun tol yang sudah beroperasi yakni ruas Tangerang-Merak dengan tingkat penetrasi transaksi non-tunai sebesar 66 persen pada awal Oktober lalu.