EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk membukukan laba bersih konsolidasian sebesar Rp 20,5 triliun pada kuartal III-2017, atau tumbuh 8,2 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 18,6 triliun.
Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan, laba bersih BRI tersebut didorong oleh pendapatan bunga bersih (net interest income) dan pendapatan jasa (fee based income) yang tumbuh positif. "Laba pada kuartal tiga didorong pertumbuhan pendapatan bunga net 11 persen dan fee base 12 persen," ujar Haru saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (26/10).
Pada kuartal III 2017, secara konsolidasi BRI mampu meraup Rp 7,4 triliun dari pendapatan jasa, meningkat dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 6,5 triliun. Haru menuturkan, kenaikan pendapatan jasa tersebut mencerminkan upaya BRI yang tengah mengembangkan bisnis 'transaction banking'. BRI saat ini terus berupaya meningkatkan pendapatan yang berasal dari non bunga. "Beberapa strategi kami yaitu melalui digital banking, serta mengarahkan nasabah agar semakin terbiasa untuk melakukan transaksi melalui internet banking, mobile banking, dan jaringan e-channel BRI," kata Haru.
Untuk laba sendiri, kata Haru, seharusnya bisa tumbuh lebih tinggi dibandingkan September 2016. Namun, pihaknya mengalihkan sebagian keuntungan untuk cadangan kerugian penurunan nilai atau CKPN, untuk mengantisipasi terjadinya kredit bermasalah (NPL) pada tahun depan.
CKPN BRI per September 2017 meningkat dari 156,9 persen menjadi 198,21 persen. Sedangkan NPL gross BRI mencapai 2,33 persen, menurun tipis dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 2,34 persen. "Kita menaikkan cadangan itu untuk jaga-jaga dalam coverage NPL. Kita lakukan di awal sehingga akhir tahun tidak perlu lagi menaikkan cadangan. NPL akan kita jaga di 2,2-2,4 persen," kata Haru. Hingga kuartal III-2017, kredit BRI mencapai Rp 694,2 triliun, tumbuh 10,03 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 630,9 triliun.