EKBIS.CO, BANYUMAS -- Realisasi percepatan tanam sawah pada awal musim penghujan di wilayah Kabupaten Banyumas, masih tergolong lambat. Dari luas areal lahan tanaman padi sekitar 30 ribu hektare, hingga awal November 2017 ini baru 3.000 hektare lahan sawah yang sudah selesai tanam.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas, Widarso, lahan sawah yang sudah selesai tanam, antara lain berada di wilayah pengairan yang bersumber daerah irigasi (DI) Sungai Tajum. Yakni, di wilayah Kecamatan Wangon dan Jatilawang.
Sedangkan daerah lainnya, saat ini baru mulai mengolah tanah. Menurut Widarso, melihat kondisi sekarang kemungkinan luas lahan yang sudah selesai tanam pada Bulan November akan mencapai 14 ribu hektare. Sedangkan sisanya, akan selesai tanam pada Desember 2017.
Dengan kondisi masa tanam yang berlangsung sekarang, maka musim panen di wilayah Banyumas baru akan mulai berlangsung pada bulan Februari, Maret, April 2018.
Mengenai kebutuhan pupuk, dia memastikan di wilayah Kabupaten Banyumas tidak akan ada persoalan. Menurutnya, pada setiap masa tanam, petani di Kabupaten Banyumas membutuhkan pupuk sebanyak 10 ribu ton. ''Saat ini, pupuk sudah tersedia di tempat-tempat pendistribusian. Tidak ada masalah,'' katanya.
Namun dengan kondisi tanam yang tidak serempak seperti sekarang, maka pupuk harus terus tersedia hingga Januari. Hal ini karena pemupukan hanya dilakukan petani pada dua bulan pertama setelah masa tanam. Untuk melayani petani yang baru tanam Bulan Desember, maka pupuk harus tersedia hingga Januari 2018.
Terkait dengan mulai berlangsungnya masa tanam, sejumlah petani di beberapa desa wilayah Kecamatan Patikraja, mengeluh belum bisa mulai mengolah tanah karena masih kesulitan air. Hal ini karena air irigasi dari sumber pengairan Sungai Logawa di Desa Kediri Kecamatan Karanglewas, masih belum bisa mengalir lancar.
Petani yang kesulitan memulai musim tanam, antara lain petani yang berada di Desa Notog, Kedungwuluh Lor, Kedungwuluh Kidul dan Karanganyar. ''Kalau ditotal, mungkin ada sekitar 300-400 hektar sawah di desa-desa tersebut yang belum bisa memulai masa tanam,'' jelas Kepala Desa Notog, Anggit Mardiana.
Dari informasi yang dia peroleh, air irigasi tidak mengalir lancar karena saat ini sedang dilakukan proyek perbaikan saluran irigasi di Desa Karanganyar. Proyek ini menyebabkan aliran air dari bendungan tidak dialirkan hingga ke beberapa desa di ujung saluran irigasi.
Dia mengaku, hujan memang sudah mulai membasahi areal persawahan di desanya sejak pertengahan Oktober. Namun curah hujan yang kadang turun dengan lebat selama beberapa hari, kemudian tidak hujan selama beberapa hari juga, menyebabkan petani kesulitan memastikan waktu untuk mengolah sawah.
''Untuk itu, mewakili petani di desa kami, kami berharap perbaikan saluran irigasi tersebut bisa segera diselesaikan. Kalau pun memang tidak selesai, agar dihentikan dulu proyeknya agar sawah di desa kami bisa memulai musim tanam,'' jelasnya.