EKBIS.CO, BANDUNG -- Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Provinsi Jabar mendorong Kemendagri dan OJK mengadopsi strategi Bank BJB untuk menyelamatkan bank pembangunan daerah (BPD) dari MEA Perbankan 2020. Jika tidak, ceruk bisnis BPD akan tergerus bank asing.
Ketua ISEI Provinsi Jabar Aldrin Herwany menyatakan, pengalaman empiris menunjukkan, kinerja Bank BJB tumbuh signifikan dari tahun ke tahunnya. Pada triwulan III 2017, Bank Pembangunan Daerah (BPD) terbesar itu berhasil membukukan aset senilai Rp 114,2 triliun atau tumbuh 12,5 persen year on year (yoy).
Selain itu, ungkap Aldrin, di triwulan III 2017 Bank BJB mampu menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 86,6 triliun atau tumbuh 18,6 persen yoy. Begitupun dengan laba bersihnya, papar dia, mencapai Rp 1,3 triliun.
‘’Kini, fee based income menjadi instrumen penopang laba Bank BJB,’’ ujar Aldrin di kantornya, Jalan Banteng No. 116, Kota Bandung, Selasa (7/11). Dia menyatakan, kinerja keuangan itu menunjukkan bahwa Bank BJB patut dijadikan percontohan bagi BPD lain.
Aldrin menyebutkan, ada tiga variabel yang menjadi strategi Bank BJB sehingga bisa sukses. Ketiga variabel itu, papar dia, yakni adopsi teknologi, manajemen inovasi dan pengelolaan sumber daya perusahaan yang selama ini dimaksimalkan oleh Bank BJB.
Ketiga variabel itu, tutur dia, cocok ditularkan ke BPD lain. Namun, dalam menularkan ke BPD lain, imbuh Aldrin, dibutuhkan peran aktif dari Kemendagri dan OJK selaku regulator. Sebab, papar dia, jika permasalahan BPD tidak segera dimitigasi sejak dini, maka akan tergerus eksistensinya pada MEA Perbankan 2020.
Solusi lain, imbuh dia, yakni mengakselerasi program merger 26 BPD di Tanah Air menjadi holding company. Dengan penggabungan BPD, kata Aldrin, maka Bank BJB dipastikan yang paling kapabel menjadi leader. Dengan demikian, imbuh dia, nasib para BPD akan terselematkan, bahkan berkembang.
Sebab, menurut Aldrin, permodalan BPD ketika dimerger akan sangat kuat. Bahkan, sambung dia, ranking BPD akan menggeser sejumlah bank nasional terbesar di Tanah Air.