EKBIS.CO, JAKARTA -- Batu bara asal Indonesia siap untuk mendominasi pasar di Cina yang sedang membutuhkan pasokan energi besar untuk mengimbangi pesatnya pertumbuhan sektor industri.
"BPG berusaha agar konsumen industri, perusahaan pembangkit listrik hingga investor sektor pertambangan dan energi dari Cina bisa lebih memahami regulasi dan iklim usaha sektor pertambangan Indonesia," kata CEO PT Borneo Pasifik Global (BPG), Rendy Halim, melalui keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Selasa (14/11).
BPG mendapat kepercayaan mewakili Indonesia untuk pertama kali di coal expo terbesar (CCME) di Cina tersebut.
CCME adalah pameran pertambangan batu bara terbesar di Cina yang diadakan setiap dua tahun sekali. Tahun ini, CCME mengambil tema, "Intelligent Manufacturing, Leading the Future" dan diikuti hampir 400 perusahaan dari 18 negara, termasuk Amerika Serikat, Rusia, dan Jerman.
Pertemuan tersebut menjadi ajang untuk meningkatkan hubungan baik antara Cina dan Indonesia, khususnya dalam bidang perdagangan. Calon pembeli dan investor dari China mendapatkan penjelasan terkait fluktuasi harga batu bara hingga jaminan transparansi dalam proses penambangan dan pengiriman komoditas tersebut.
Hal ini berguna untuk meningkatkan keyakinan bahwa bisnis antara Cina dengan Indonesia aman dan prospektif. Dan juga dukungan dari kedua belah pihak, Pemerintah Indonesia dan Cina, guna memperkuat kenyamanan dan keamanan dalam sisi berbisnis.
"Respons market amat baik. Mereka terlihat antusias untuk memahami lebih jauh perdagangan batu bara di Indonesia. Melalui pameran ini kami ingin membuat hubungan perdagangan batu bara antara Indonesia dan Cina menjadi lebih baik lagi di segala aspek," ujarnya.
Di acara ini, BPG menampilkan beberapa produk batu bara andalan asal Indonesia, antara lain BPG 47 (NAR44), BPG 42 (NAR38), dan BPG 38 (NAR35). Produk-produk BPG dengan tingkat kadar sulfur yang sangat rendah di bawah 1 persen ini cocok untuk memenuhi kebutuhan konsumen di sektor industri Cina yang sangat peduli dengan kebersihan udara. Batu bara BPG dipasok dari produsen batu bara yang memiliki tambang di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
Pada tahun ini ekspor batu bara dari Indonesia ke Cina telah menghasilkan devisa senilai 1,68 miliar dolar AS atau meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya 1,03 miliar dolar AS. Namun posisi Indonesia masih berada di bawah Australia yang pada tahun ini nilai ekspornya telah mencapai 6,51 miliar dolar AS.