Senin 04 Dec 2017 15:49 WIB

Ekonomi Umat Islam Lesu, Ini Penyebabnya

Rep: mg02/ Red: Hiru Muhammad
Aktivitas bongkar muat ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (20/10).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Aktivitas bongkar muat ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (20/10).

REPUBLIKA.CO.ID BEKASI -– Indonesia adalah negara mayoritas berpenduduk Muslim. Tercatat 85 persen dari total penduduknya adalah Muslim.

Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Namun, pengusaha Muslim Indonesia belum cukup mampu bersaing di negerinya sendiri.

Presiden Indonesia Islamic Business Forum (IIBF) Heppy Trenggono mengaku cukup aneh dengan fenomena ini. Tidak seharusnya negara dengan kekayaan alam melimpah, dan juga mayoritas negeri ini adalah menganut agama Islam, tetapi yang dibicarakan adalah nasib ekonomi umat Muslim.

“Ini tak masuk akal,” ujar Heppy Trenggono saat menjadi salah satu pembicara pada workshop bertema “Meninggalkan Riba Secara Berjamaah” di Hotel Amaroosa Grande, Ahad (3/12).

Pada workshop yang diselenggarakan Yayasan Insan Amanah itu, Heppy menegaskan, apabila pengusaha Muslim Indonesia tidak segera berbenah, maka akan kehabisan waktu. Yang akan menjadi korban selanjutnya adalah anak keturunan umat Islam di Indonesia dan ini harus segara dihentikan.

Untuk ekspor sendiri, Indonesia masih kalah dengan negara Singapura, sebuah negara dengan hanya memiliki wilayah seluah Jakarta. Menurut data tahun 2010 lalu, ekspor Indonesia hanya setengah dari jumlah ekspor negeri Singa itu.

Jika diperhatikan, Singapura tidak memiliki kekayaan alam, tidak memiliki tambang Freeport, dan tidak memiliki sumber daya manusia yang melimpah seperti Indonesia. "Bangsa kita, khususnya Umat Islam, tidak membangun karakter untuk menjadi sebuah negara pemenang,” katanya. 

Soal ketertinggalan di bidang ekonomi ini kemudian merambah ke ranah agama. Heppy mencontohkan Filiphina yang dulunya 95 persen masyarakatnya beragama Islam. Namun saat ini tinggal 10 persen saja. Sebabnya tak lain karena umat Islam tidak berjuang mengembangkan ekonominya. Umat Islam lebih memilih sistem ekonomi yang dikembangkan mereka yang non Islam.

Pengusaha asal Mesir, Syaikh Mahmoud Ahmed mengatakan, umat Islam perlu menghidupkan ekonominya. Islam sejak dahulu sudah mengajarkan tentang ekonomi Islam. Bahkan di dalam Al-Quran banyak disinggung soal sistem ekonomi, seperti misalnya Al-Quran berbicara soal zakat.

Selain di dalam Al-Quran, kajian soal zakat juga dibahas di dalam hadits-hadits Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim. Untuk menghindari kejatuhan sistem ekonomi Islam semakin dalam, Syaikh Ahmed memberikan beberapa solusi. 

Pertama, umat Islam harus menstabilkan antara pendapatan dan infak. Kedua, umat Islam harus mengurangi beban utang. Sebab, orang-orang kafir akan sangat senang umat Islam memiliki hutang banyak. Ketiga, umat Islam dari golongan kaya harus mendistribusikan hartanya untuk orang miskin apapun bentuknya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement