EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketua Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang Zulkifli Rasyid menyebut terjadi kelangkaan stok beras kualitas medium di pasaran. Rata-rata beras yang tersedia di pasar saat ini adalah beras kualitas premium. Padahal, menurut dia, ada sekitar 70 persen konsumen dari kalangan menengah ke bawah yang biasa mengonsumsi beras medium.
Karena kondisi ini, Zulkifli meminta pemerintah mengambil kebijakan impor. "Satu-satunya (cara) adalah kita harus impor. Kita boleh saja impor di saat perlu," ujarnya, saat menjadi salah satu pembicara dalam Lokakarya Review Kebijakan Stabilisasi Pangan 2017 di Jalan Simatupang, Jakarta, Rabu (13/12).
Menurut Zulkifli, kelangkaan beras medium terjadi sejak pemerintah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras. Ia mengatakan, HET untuk beras medium yang terlalu rendah membuat petani merugi sehingga mereka beralih memproduksi beras premium.
Ia memaparkan, saat ini harga rata-rata gabah berkisar Rp 5.500-5.600 per kilogram. Dengan perkiraan rendemen 50 persen saja, maka harga beras yang didapat sekitar Rp 11.000 per kilogram. Jauh lebih tinggi dibanding HET untuk beras medium yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp 9.450 per kilogram.
Koordinator Nasional Koalisi Rakyat Untuk Kedaulatan Pangan Said Abdullah mengatakan, selain karena kebijakan HET beras yang merugikan petani, kelangkaan beras medium juga dipicu oleh banyaknya lahan padi yang gagal panen. Di musim tanam kedua tahun ini, kata dia, sejumlah lahan padi di Jawa Barat seperti Subang, Indramayu dan Karawang terkena serangan hama dan virus kerdil. "Tahun ini 70 persen gagal panen," kata Said.
Sementara, Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Karyawan Gunarso menyatakan bahwa pihaknya memiliki beras medium sebanyak 1,2 juta ton. Ia juga mengakui ada kenaikan harga pada beras jenis medium. Karena itu, Karyawan mengatakan, saat ini Bulog tengah gencar melakukan operasi pasar untuk memastikan ketersediaan beras medium untuk masyarakat.