EKBIS.CO, DENPASAR -- Menteri Luar Negeri, Retno Lestari Priansari Marsudi terus berdiplomasi dan memberi dukungan untuk Palestina. Bentuk dukungan tersebut sifatnya bukan hanya politik, melainkan juga penguatan bidang ekonomi, seperti perdagangan.
"Ada dukungan-dukungan lain untuk kita memperjuangkan Palestina, misalnya penguatan bidang ekonomi dengan tarif nol (zero tariff) untuk bea masuk produk-produk Palestina ke Indonesia," kata Retno dijumpai di Dermaga Timur Pelabuhan Benoa, Bali, Rabu (10/1).
Retno menjabarkan kerja sama ini merangkul Kementerian Perdagangan dan kementerian terkait lainnya. Dua produk yang diberlakukan tarif nol adalah kurma dan minyak zaitun (olive oil). Selama ini besaran bea masuk kedua produk itu adalah lima persen.
Indonesia dan Palestina akhir tahun lalu telah menandatangani nota kesepahaman kerja sama perdagangan barang. Intinya adalah membebaskan bea masuk produk kurma dan minyak zaitun ke Indonesia yang berlaku efektif 2018.
Penandatanganan nota kesepahaman ini dilakukan di sela kegiatan Konferensi Tingkat Menteri ke-11 World Trade Organization di Buenos Aires, Argentina. Kedua pihak yang bersepakat adalah Menteri Perdagangan RI, Enggartiasto Lukita dengan Menteri Ekonomi Nasional Palestina, Abeer Odeh.
Diplomasi Indonesia untuk Palestina, sebut Menteri Luar Negeri perempuan pertama Indonesia ini terus diperjuangkan demi kemanusiaan dan keadilan. Palestina adalah jantung politik luar negeri Indonesia. "Setiap helaan napas diplomasi Indonesia, di sana ada perjuangan untuk Palestina," ujar Retno.
Retno pun menyerukan negara-negara di dunia untuk memberi dukungan penuh Palestina. Banyak cara untuk membantu Palestina, seperti penguatan di bidang ekonomi, sebagaimana juga dimandatkan Presiden Joko Widodo.
Neraca perdagangan Indonesia-Palestina sepanjang 2016 berdasarkan data dari KBRI Amman mencapai 2,5 juta dolar AS atau sekitar Rp 35,714 miliar. Ekspor Indonesia ke Palestina pada tahun sama mencapai 2,23 juta dolar AS atau Rp 31,857 miliar, sementara impor dari Palestina 284 ribu dolar AS atau Rp 4,057 miliar.