EKBIS.CO, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendukung penerbitan Market Standard untuk Transaksi Repo atas Efek Bersifat Utang yang dilakukan Perhimpunan Pedagang Surat Utang (HIMDASUN) guna memberikan acuan dan pedoman dalam bertransaksi repo, memperdalam pasar keuangan, serta meningkatkan profesionalisme pelaku pasar.
Peresmian Market Standard untuk Transaksi Repo atas Efek Bersifat Utang dilakukan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen di Main Hall Galeri Bursa Efek Indonesia, Jumat (12/1). Dalam kesempatan itu, Hoesen mengatakan Pasar Repo yang dalam dan likuid akan membantu pengembangan Pasar Modal dan peningkatan sektor riil.
"Mengintegrasikan Pasar Obligasi dengan Pasar Repo di Indonesia akan mendorong pengembangan alternatif sumber pembiayaan dan mengurangi ketergantungan pada pinjaman bank," kata Hoesen seperti tertulis dalam siaran pers yang diterima Republika.
Selain itu, Pasar Repo yang berkembang akan menjadikan Pasar Obligasi lebih aktif dan likuid, mendukung pengembangan produk derivatif Efek bersifat utang sebagai sarana hedging, serta dapat menyediakan alternatif investasi bagi investor.
Hoesen menjelaskan, Market Standard tersebut diharapkan dapat memberikan pemahaman yang sama antarpelaku pasar atas transaksi repo. Sehingga dapat meningkatkan profesionalisme, integritas dan kepercayaan antar pelaku pasar, serta mengurangi resiko sistemik di sektor jasa keuangan.
"Semoga peluncuran Market Standard Transaksi Repo atas Efek Bersifat Utang akan diikuti dengan adanya penerbitan Market Standard Transaksi Repo Atas Efek Bersifat Ekuitas," imbuhnya.
Menurutnya, perkembangan pasar modal khususnya di sektor pasar surat utang sepanjang 2017 menunjukkan tren peningkatan yang sangat positif. Hal itu terlihat dari kenaikan Indonesia Composite Bond Index (ICBI) sebesar 34,53 basis poin (bps) selama periode 2017 dari 208,45 pada Desember 2016 ke 242,98 pada Desember 2017.
Hoesen menambahkan, investasi yang semakin kondusif pascapeningkatan rating oleh Standard and Poors dan Fitch Rating serta turunnya persepsi risiko atas investasi di pasar obligasi mendorong arus modal nonresiden yang masuk ke pasar Surat Berharga Negara tercatat mengalami peningkatan dari Rp 107,3 triliun pada 2016 menjadi Rp170,3 triliun pada 2017 serta penurunan yield.
Rata-rata yield obligasi pemerintah telah turun sebesar 140,97 bps atau 1,41 persen dari 8,10 persen pada 2016 menjadi 6,69 persen pada 2017. Begitu pula, rata-rata yield obligasi korporasi rating A juga turun 165,15 bps atau 1,65 persen dari 10,72 persen pada 2016 menjadi 9,07 persen pada 2017.
Kinerja pasar obligasi yang meningkat di 2017 juga tercermin dari kenaikan rata-rata harian nilai transaksi obligasi sebesar 5,89 persen dari Rp 15,77 triliun pada 2016 menjadi Rp 16,70 triliun pada 2017. "Likuiditas transaksi yang meningkat ini turut menopang peningkatan aktivitas transaksi repo," ucapnya.
Tercatat total transaksi repo selama 2017 naik sebesar Rp 42,04 triliun dari Rp 263,17 triliun pada 2016 menjadi Rp 305,21 triliun pada 2017. Rata-rata harian nilai transaksi repo juga mengalami kenaikan dari Rp 1,10 triliun menjadi Rp 1,28 triliun.
Market standard tersebut merupakan pedoman lebih lanjut yang dibuat dan disepakati oleh anggota Himdasun atas ketentuan POJK 09/POJK.04/2015 yang mensyaratkan penggunaan dokumen Global Master Repurchase Agreement Indonesia (GMRA Indonesia) dalam pelaksanaan transaksi repo atau reverse repo yang dilakukan oleh Lembaga Jasa Keuangan.