EKBIS.CO, JAKARTA -- Perusahaan produsen vaksin PT Bio Farma menambah produksi vaksin sebanyak 4,5 juta vial pada 2018 untuk memenuhi kebutuhan imunisasi ulang (ORI) terkait kejadian luar biasa (KLB) difteri. Direktur Utama PT Bio Farma Juliman mengatakan produksi vaksin meningkat menjadi 19,5 juta vial dari yang biasanya hanya memproduksi 15 juta vial dalam setahun.
"Karena kebutuhan meningkat, kami menambah hari kerja, dari lima hari menjadi tujuh hari kerja, khusus untuk menyiapkan kebutuhan vaksin dari Kemenkes untuk di dalam negeri," kata Juliman dalam diskusi tentang difteri di Kementerian Komunikasi dan Informatika Jakarta, Jumat (12/1).
Kapasitas produksi vaksin Bio Farma sebenarnya hanya 15 juta vial setahun dengan lima hari kerja dan fasilitas yang tersedia. Namun penambahan hari kerja dan fasilitas yang dipergunakan bisa meningkatkan produksi menjadi 19,5 juta atau bahkan bisa di atas 20 juta vial.
Kapasitas produksi 15 juta vial juga tidak seluruhnya vaksin difteri namun juga ada vaksin lain seperti tetanus dan hepatitis B. Namun produksi jenis vaksin lain akan dikurangi untuk menambah produksi vaksin difteri.
Juliman juga menyampaikan permohonan maaf kepada mitra di luar negeri karena harus menunda ekspor guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Menteri Kesehatan Nila Moeloek juga memastikan ketersediaan vaksin difteri maupun antidifteri serum (ADS) sudah cukup untuk kebutuhan imunisasi ulang dan antisipasi pasien. "Untuk ADS, kita dibantu Bio Farma 700 vial, dan juga sudah dapat bantuan dari WHO, dan kita beli dari India. J¿umlahnya sudah cukup banyak untuk pencegahan di 2018," kata Menkes.