EKBIS.CO, TOKYO - SoftBank Group Corp mengatakan bahwa pihaknya mempertimbangkan untuk melakukan pencatatan saham perdana (initial public offering/ IPO) bisnis nirkabel Jepang mereka. Langkah ini dilaporkan dapat mengumpulkan 18 miliar dolar AS dan akan mempercepat transformasi konglomerat tersebut menjadi salah satu investor teknologi terbesar di dunia.
Spin-off unit ini, yang berpotensi menjadi IPO terbesar oleh perusahaan Jepang dalam hampir dua dekade ini, akan memberi unit bisnis tersebut otonomi lebih dan membantu investor menilai bisnis dan juga induk perusahaan yang memiliki banyak kepemilikan di industri teknologi.
Dilansir dari Reuters, Senin (15/1), SoftBank Group bertujuan untuk menjual sekitar 30 persen saham SoftBank Corp, perusahaan nirkabel No. 3 di Jepang, dengan nilai sekitar 2 triliun yen (18 miliar dolar AS). Ia menambahkan bahwa hasil akan mengarah pada investasi dalam pertumbuhan seperti membeli perusahaan teknologi informasi asing.
"Masuk akal untuk melepaskan bisnis telepon seluler dengan menggunakan IPO yang akan membuat SoftBank memegang kendali dan memberikan SoftBank lebih banyak uang untuk menjalankan strategi investasinya di perusahaan dengan prospek pertumbuhan berpotensi tinggi," ujar Erik Gordon, profesor di University of Michigan Ross School of Business.
"Ini adalah cara untuk mendapatkan modal tanpa menambahkan hutang atau melemahkan kepentingan ekuitas SoftBank di perusahaan-perusahaan yang tumbuh." tambahnya.
SoftBank Group berencana untuk meminta persetujuan dari Bursa Efek Tokyo pada awal musim semi. Perusahaan tersebut bermaksud untuk mendaftar di sekitar musim gugur di Tokyo dan juga di luar negeri, kemungkinan London.
Konglomerat tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa daftar bisnis telekomunikasi merupakan salah satu pilihan strategi permodalannya, namun keputusan tersebut tidak dibuat. Sahamnya selesai 3 persen lebih tinggi pada berita tersebut.
IPO sekitar 2 triliun yen akan menjadi salah satu penawaran terbesar oleh perusahaan Jepang, yang menandingi daftar 2,1 triliun yen oleh NTT DoCoMo Inc pada tahun 1998 dan 2,2 triliun yen yang dipicu oleh penjualan saham Nippon Telegraph milik pemerintah Telephone Corp sebelum daftar 1987.
Perusahaan besar yang ingin masuk daftar di Tokyo diharuskan mengedarkan sahamnya (float) setidaknya 35 persen saham mereka meski peraturan ini bisa mereda saat perusahaan tersebut juga listing di luar negeri.