EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk mendongkrak pertumbuhan laba bersih sebesar 20,1 persen sepanjang 2017 (tahun ke tahun/yoy) atau meraup keuntungan Rp13,62 triliun didorong kredit bisnis dan konsumer. "Total kredit BNI pada 2017 yang disalurkan tumbuh 12,2 persen atau Rp441,31 triliun," kata Direktur Utama BNI Achmad Baiquni dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (17/1).
Dengan kredit sebesar Rp441,31 triliun, BNI mengeruk pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) Rp31,94 triliun atau bertumbuh 6,5 persen. Sedangkan marjin bunga bersih BNI sebesar 5,5 persen atau turun dari 6,2 persen, salah satunya karena penurunan suku bunga pinjaman.
Di sisi lain, pendapatan non bunga BNI naik 13,9 persen atau menjadi Rp9,78 triliun. Pertumbuhan pendapatan non bunga BNI karena dorongan dari pendapatan berbasis komisi dan komisi remitansi.
Penopang laba emiten bersandi BBNI itu adalah kredit bisnis yang mencakup porsi 78,3 persen dari total kredit BNI yakni sebesar Rp345,5 triliun. Di dalam kredit bisnis, BNI menikmati pertumbuhan kredit non BUMN dan kredit yang disalurkan ke luar negeri sebesar Rp134,4 triliun atau naik 14,9 persen.
Selebihnya adalah kredit kepada BUMN sebesar Rp84,37 triliun, dan kredit kepada segmen menengah dan kecil yang masing-masing Ro70,2 triliun dan Rp56,4 triliun. "Sementara untuk konsumer didorong pinjaman payroll yang naik 47,1 persen dengan total Rp17,7 triliun dan KPR sebesar Rp37,07 triliun serta kartu kredit sebesar Rp11,6 triliun," jelas Baiquni.
Emiten bersandi BBNI juga tampak agresif dalam memperbaiki kualitas aset dengan melakukan restrukturisasi dan hapus buku kredit bermasalah. Alhasil, rasio kredit bermasalah (NPL) BNI turun menjadi 2,3 persen dari 3 persen pada 2017.
Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) BNI terkumpul Rp516,1 triliun atau naik 18,5 persen (yoy). Dengan kredit dan DPK tersebut, total aset BNI menjadi Rp709,33 triliun atau naik 17,6 persen, dengan rasio kecukupan modal inti (Capital Adequacy Ratio/CAR) sebesar 18,5 persen.