Sabtu 03 Feb 2018 14:10 WIB

UKM Lokal Harus Ikuti Perkembangan E-Commerce

Masih banyaknya peluang dari ekonomi digital di Indonesia

Red: Yudha Manggala P Putra
Belanja Online. Ilustrasi
Foto: USAToday
Belanja Online. Ilustrasi

EKBIS.CO,   JAKARTA -- Asosiasi E-Commerce Indonesia (iDEA) menilai usaha kecil menengah yang menjual produk lokal harus mengikuti perkembangan transaksi dagang daring (e-commerce). Sebab, masih banyaknya peluang dari ekonomi digital di Indonesia.

Dalam diskusi bertajuk "Darurat Serbuan OTT Asing" di Jakarta, Sabtu (3/2), Ketua Umum Asosiasi e-Commerce Indonesia idEA sekaligus CEO Blanja.com, Aulia E. Martino mengatakan, perkembangan munculnya penyelenggara sistem elektronik atau over the top (OTT) asing yang masuk ke Indonesia maka pelaku UKM lokal harus ikut berkompetisi.  Terutama dalam memasarkan produknya, baik ke domestik dan internasional.

"Yang kita lihat bukan soal OTT asingnya, tetapi bagaimana membawa industri lokal lebih cepat, produk dari Jawa bisa masuk ke Aceh, masuk ke Papua, Sulawesi, dan terjadi distribusi merata. Saat bersamaan juga, kita bisa bawa mereka ke global," kata Aulia.

Meski transaksi dagang daring (e-commerce) dari sistem aplikasi asing sudah mulai masuk ke Indonesia, menurut dia, kehadirannya belum mengeksploitasi pasar domestik. Oleh karena itu, pelaku bisnis dalam negeri terutama di daerah harus bisa memanfaatkan peluang ini dengan baik.

Menurut dia, e-commerce harus didukung dengan keberpihakan semua pihak, dan tidak berfokus hanya pada kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Kementerian Keuangan.

Pelaku UKM lokal yang sedang berkembang di daerah asalnya pun juga tidak perlu dibebankan dengan administrasi. Sebaliknya, harus didukung dengan fasilitas untuk mengembangkan produknya agar layak dijual dalam situs belanja daring.

"Banyak keberpihakan yang bisa dibangun, tidak hanya soal blokir sana-sini. Banyak anak-anak muda yang bikin aplikasi. Namun, gimana caranya bisa mengongkosi ide brilian itu kalau tidak ada keberpihakan," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo Samuel Abrijani mencatat total transaksi daring di Indonesia pada tahun 2016 sebesar 20 miliar dolar AS. Transaksi tersebut masih jauh dari target pemerintah sebesar 200 miliar dolar AS.

Selain itu, dia memaparkan jumlah pengguna internet yang melakukan transkasi daring hanya 28 juta orang dengan rata-rata pengeluaran belanja sekitar 251 dolar AS. "Saya pikir ini wake up call untuk pebisnis lokal karena sekarang banyak sekali peluang investasi dari teman-teman pembuat aplikator. Tugas kita membuat makin banyak orang yang transaksi dan menjual produk lokal," kata Samuel.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement