EKBIS.CO, NEW YORK -- Serapan tenaga kerja dan upah sebulan pertama 2018 di AS meningkat. Namun, kondisi itu dikhawatirkan tak berlangsung lama.
Departemen Tenaga Kerja AS mencatat, penyerapan tenaga kerja di AS mencapai 200 ribu orang per Januari 2018 terutama di sektor konstruksi, layanan pangan, dan jasa kesehatan. Upah per jam pekerja sektor swsta juga naik 2,9 persen dibanding Januari 2017. Meski begitu, tingkat pengangguran di AS sendiri masih bertahan di level 4,1 persen, demikian dilansir BBC, Jumat (2/2).
Departemen Tenaga Kerja AS juga mencatat upah pekerja swasta naik sembilan sen pada Januari menjadi 26,74 dolar AS (Rp 356 ribu) per jam atau naik sekitar 75 sen dalam setahun. Peningkatan ini berbarengan dengan kewajiban peningkatan upah minimum di 18 negara bagian.
Para ekonom sendiri masih mengamati kenaikan upah yang terjadi karena harusnya hal itu berlangsung lebih cepat tapi tertunda karena serapan tenaga kerja yang rendah sebelumnya. Tanpa kenaikan upah, para ekonom mengkhawatirkan pertumbuhan ekonomi AS tak akan langgeng karena daya beli masyarakat jadi tak stabil.
Kepala Ekonom Stifel, Lindsey Piezga menyatakan, kontinyuitas kenaikan upah nampaknya masih berat. ''Yang dibutuhkan adalah pertumbuhan upah yang berkelanjutan, bukan cuma sekali,'' kata Piezga.
Data lain menunjukkan peningkatan serapan tenaga kerja bisa tersendat. Misalnya tingkat pengangguran pekerja kulit hitam yang naik 7,7 persen pada Januari 2018 setelah turun 6,8 persen pada Desember 2017. Presiden AS Donald Trump menyatakan hal itu pertanda ekonomi AS mulai membaik.
Perbaikan serapan tenaga kerja pada Januari 2018 terjadi di semua sektor. Namun Piezga menilai Pemerintah AS jangan terlalu gembira dengan hasil itu. ''Pertumbuhan dan penyerapan lapangan kerja memang positif, tapi masih terlalu lambat,'' kata Piezga.
Lambatnya serapan tenaga kerja ini bisa jadi karena tenaga kerja makin sulit mendapat pekerjaan. Angka partisipasi tenaga kerja juga masih di bawah 63 persen, lebih rendah dari saat krisis keuangan.
Para analis juga menilai lambatnya serapan tenaga kerja bisa jadi juga merupakan reaksi investor atas kenaikan upah yang dapat memicu kenaikan suku bunga segera dan agresif oleh The Federal Reserve.