EKBIS.CO, BANYUMAS -- Meski terus mengalami penurunan, harga gabah hasil panen petani di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, masih terbilang tinggi. Saat ini, harga gabah kering panen (GKP) mencapai Rp 5.300 per kilogram atau turun dari harga tertinggi pertengahan Januari lalu yang mencapai Rp 5.600 per kg.
Namun dalam kondisi harga gabah yang masih cukup tinggi ini, petani cukup kesulitan untuk mendapatkan pedagang beras yang bersedia membeli gabah hasil mereka. Hal ini karena banyak pedagang merasa khawatir harga beras selama beberapa hari mendatang akan anjlok.
''Kalau pun pedagang yang bersedia membeli gabah hasil panen petani, membelinya tidak mau banyak. Mereka hanya membeli beberapa kuintal, agar bisa langsung dijual kembali,'' jelas Ketua Gabungan Kelompok Tani Srijaya Tinggarjaya, Jatilawang, di Banyumas, Selasa (6/2).
Disebutkan, yang membuat pedagang ragu untuk membeli gabah hasil panen petani dalam jumlah banyak, karena mereka khawatir mengalami kerugian cukup besar akibat harga jual yang anjlok. Bukan hanya karena hasil panen petani yang saat ini tergolong berhasil, tetapi juga karena akan masuknya beras impor yang akan semakin menurunkan harga beras.
Eli Martono, seorang pedagang beras asal Desa Margasana Kecamatan Jatilawang, mengakui saat ini pihaknya masih menahan diri untuk membeli gabah hasil panen petani. ''Kalau pun membeli, kami memilih dalam bentuk gabah kering giling (GKG) yang sudah sudah siap giling. Jumlahnya juga tidak terlalu banyak, yang penting bisa langsung dijual di pasar,'' katanya.
Menurutnya, hal itu dilakukan sebagai antisipasi agar tidak mengalami kerugian. ''Sekarang kondisi harga beras masih tidak menentu. Kalau kami membeli dalam jumlah banyak, kami khawatir harga beras beberapa hari ke depan akan anjlok drastis. Bukan hanya karena sedang panen raya, tapi juga karena akan ada beras impor,'' katanya.
Dari pemantauan, harga gabah kering panen di tingkat petani di Kabupaten Banyumas masih bertahan di tingkat harga Rp Rp 5.200 hingga Rp 5.300 per kg. Sedangkan untuk GKG, masih bertahan di tingkat harga Rp 6.000 hingga Rp 6.200 per kg.
Sementara untuk harga beras, di tingkat penggilingan juga tergolong masih cukup tinggi. Untuk beras medium masih dihargai Rp 12 ribu per kg, atau turun dari harga tertinggi Rp 13 ribu per kg, sedangkan beras kualitas biasa turun dari Rp 12 ribu menjadi Rp 11 ribu per kg.
Beberapa petani mengaku akan memasuki musim panen pertengahan Februari ini, mengaku khawatir harga beras akan terus anjlok. ''Idealnya, harga gabah atau beras memang seperti sekarang ini. Dengan harga gabah kering panen di atas Rp 5.000 per kg dan gabah kering Rp 6.000, petani masih bisa mendapat untung. Kalau di bawah itu, kami sudah mengalami kerugian,'' kata Karsidi, petani asal Desa Pegalongan Kecamatan Patikraja.
Ia menyebutkan, meski pertanian padi sudah mendapat subsidi dari pemerintah berupa pupuk, namun biaya budi daya padi masih cukup tinggi. Menurutnya, untuk mengelola lahan sawah seluas satu hektare, paling tidak dibutuhkan biaya antara Rp 12 juta.
''Dengan lahan sawah seluas itu, kalau hasil panennya bagus bisa dapat lima ton gabah basah. Kalau dijual dengan harga Rp 5.000 per kg, diperoleh uang senilai Rp 25 juta. ''Jadi keuntungannya hanya Rp 12-13 juta per hektare selama tiga bulan masa tanam,'' jelasnya.
Namun dia menyebutkan, petani yang memiliki sawah sampai satu hektar, saat ini sudah hampir tidak ada lagi. Sebagian besar petani bahkan hanya berstatus penggarap dengan sistem 'maro' (separuh-separuh). ''Dengan sistem ini, pemilik lahan mendapat separuh hasil panen, dan penggarapnya mendapat separuh hasil panen,'' jelasnya.