Jumat 09 Feb 2018 08:31 WIB

Bisnis Digital New York Times Melonjak

New York Times mengemas tampilan konten digitalnya untuk memikat pelanggan berbayar.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Kantor New York Times
Foto: Salon.com
Kantor New York Times

EKBIS.CO, NEW YORK -- New York Times Co mendapatkan keuntungan yang melonjak dari bisnis digital di tengah lesunya bisnis surat kabar. Saham New York Times diketahui naik sebanyak 13,8 persen menjadi 25,20 dolar AS, tertinggi sejak Juli 2007.

New York Times memberikan potongan harga dan mengemas tampilan konten digitalnya untuk memikat lebih banyak pelanggan berbayar. Selain itu, New York Times juga menambahkan kolom teka-teki silang dan resep masakan sehari-hari sesuai dengan keinginan pelanggan.

Perusahaan ini tercatat telah menambahkan 157 ribu pelanggan digital di kuartal IV 2017. Secara keseluruhan, jumlah pelanggan digital New York Times mencapai 2,5 juta orang dengan pendapatan yang meningkat 51,2 persen menjadi 96,3 juta dolar AS.

"Untuk layanan digitalnya, New York Times merupakan yang terdepan dibandingkan dengan industri media lainnya," ujar analis di Huber Research Partners, Craig Huber dilansir Reuters, Jumat (9/2).

Chief Executive New York Times, Mark Thompson mengatakan, surat kabar tersebut juga mendapatkan keuntungan dari inisiatif Facebook yang memprioritaskan berita berkualitas tinggi di media sosialnya. Hal ini untuk mengatasi persebaran berita hoax dan sensasional.

Adapun di sisi lain, bisnis cetak New York Times terus menurun di kuartal IV 2017. Pendapatan iklan di bisnis surat kabar cetak menurun 8,4 persen, sementara pendapatan iklan digital naik 8,5 persen di kuartal IV 2017. Meski pendapatan di bisnis cetak terus menurun, Thompson tidak memiliki rencana untuk menghentikan bisnis tersebut.

"Kami akan terus mencetak surat kabar selama masih masuk akal secara ekonomi," ujar Thompson.

Total pendapatan New York Times naik 10 persen menjadi 484,1 juta dolar AS. Perusahaan membukukan rugi bersih sebesar 57,8 juta dolar AS karena biaya yang lebih tinggi dan biaya pensiun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Advertisement
Advertisement