EKBIS.CO, BOGOR -- Balai Besar Penelitian Veteriner (BBLITVET) Kementerian Pertanian meluncurkan inovasi baru berupa teknologi android kesehatan sapi yang diberi nama Takesi.
Kepala Badan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Muhammad Syakir mengatakan teknologi dan inovasi yang dihasilkan para peneliti di BBLITVET sejalan dengan yang disampaikan Presiden Joko Widodo bahwa pertanian dapat maju dengan inovasi dan teknologi.
"Karena, itu semua program strategis nasional yang dimiliki Kementerian Pertanian berbasis riset dan teknologi," kata Syakir di Balai Besar Penelitian Veteriner Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (13/2).
Takesi merupakan aplikasi kesehatan sapi dikembangkan oleh Balitbangtan melalui unit kerjanya BBLITVET. Pembuatan aplikasi ini melibatkan sejumlah ahli yang berkompeten di bidangnya, termasuk para praktisi di lapangan.
Aplikasi tersebut dapat diunduh secara gratis melalui Appstore. Aplikasi memiliki empat menu utama, yakni penyakit dan gangguan reproduksi pada sapi indukan, penyakit dan gangguan pada anak sapi, manajemen kesehatan, dan kontak ahli.
Berdasarkan jenis penyakitnya, aplikasi ini dibagi menjadi penyakit infeksius dan noninfeksius. Takesi disusun menggunakan bahasa yang sederhana, singkat, dan jelas, termasuk memasukkan beberapa bahasa daerah popular terkait nama-nama penyakit tertentu pada ternak ruminansia, yakni sapi.
Kepala BBLITVET Indi Dharmayanti menyebutkan, Takesi merupakan satu dari sejumlah inovasi yang diluncurkan untuk mendukung program strategis Kementerian Pertanian dalam mewujudkan swasembada daging melalui upsus siwab (upaya khusus sapi indukan wajib bunting). "BBLITVET memiliki inovasi lengkap mulai dari tahap pertama proses pemeriksaan hewan sampai tahap akhir pengembangbiakkan dan menghasilkan sapi indukan yang berkualitas," katanya.
Ia mengatakan, saat ini sudah ada 1.700 orang yang mengunduh aplikasi tersebut sejak disosialisasikan November 2017. Sosialisasi masih terbatas di sejumlah wilayah yang menjadi sentra peternakan sapi, seperti Jawa Tengah, Sulawesi, dan NTB.
"Sudah ada 30 dokter hewan yang tergabung dalam aplikasi ini sebagai ahli, yang akan membantu peternak dalam menjawab berbagai pertanyaan dan persoalan yang dihadapi oleh peternak," katanya.
Takesi dilengkapi dengan galeri foto dan video tentang penyakit-penyakit sapi di Indonesia. Selain itu, aplikasi memiliki mesin pencari jenis penyakit berbasis gejala. Misalnya, pengguna dapat memasukkan kata kunci "lumpuh" (sesuai dengan gejala klinis yang dilihat pada sapinya) maka dengan menyentuh tombol "cari", layar ponsel pintar akan menyajikan beberapa alternatif kemungkinan penyakit yang menyerang ternaknya.
Peneliti Takesi, April Heriwardana menambahkan, aplikasi Takesi menjadi ajang promosi para dokter hewan dapat membuka praktik dalam jaringan (online), tetapi tidak dipungut biaya selama berkonsultasi melalui aplikasi. "Takesi kita rancang sebagai bentuk pengabdian para dokter hewan, konsultasi kesehatan hewan melalui aplikasi ini tidak dipungut biaya. Kecuali ada tindakan yang mengharuskan dokter turun ke lokasi dan harus dilakukan pengobatan, atau pemberian vaksin kemungkinan ada biaya yang dikenakan," kata April.