EKBIS.CO, TARAKAN -- Kemiskinan masih mewarnai kehidupan perbatasan RI. Di Kabupaten Malinau misalkan, angka kemiskinan di sana mencapai 7,15 persen dari jumlah penduduk (Badan Pusat Statistik: 2016). Jumlah tersebut masih di bawah persentase kemiskinan nasional yang mencapai 10, 12 peren (BPS: 2017).
Meski demikian, fenomena kemiskinan di Malinau menjadi perhatian bersama. Sebab daerah tersebut berbatasan langsung dengan Malaysia. Kemakmuran negeri jiran tersebut jangan sampai mengganggu dinamika kehidupan masyarakat Malinau.
“Kami ingin membangun kejayaan di perbatasan, salah satunya dengan meningkatkan kualitas dan membangun peternakan di sana," ujar Direktur Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita, kepada perwakilan Kabupaten Malinau dalam rapat koordinasi kepala dinas pertanian se-Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) di Tarakan, Selasa (13/2).
Ia menambahkan, hal itu sangat mungkin dilakukan. Misalnya, dengan pengoperasian peternakan 20 ribu unggas. Masyarakat yang gemar beternak ayam di sana bersinergi dalam kelompok mengelola kandang ayam besar.
“Bibit ayam akan didatangkan ke Malinau. Pakan ternak selama tiga bulan akan disiapkan. Semuanya akan kami koordinir. Yang paling utama masyarakat di sana dapat saling bergotong royong menjalankan peternakan tersebut,” ujar Diarmita disambut tepuk tangan perwakilan dinas pertanian se-provinsi Kaltara.
Namun, ia menambahkan, bantuan tersebut harus melalui perencanaan matang. Dinas pertanian dan peternakan Kabupaten Malinau harus mendata siapa saja masyarakat di sana yang siap berkelompok dalam menjalankan peternakan ayam. Kemudian lahannya ada di sebelah mana. Pembangunan kandangnya bagaimana, apakah akan dibantu pemerintah daerah setempat atau bisa juga melalui kementerian desa dan pembangunan daerah tertinggal (Kemendes PDTT).
Diarmita menjelaskan beberapa target yang hendak dicapainya melalui program tersebut. Pertama adalah meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat daerah perbatasan. Selain sibuk, mereka mempunyai penghasilan tambahan yang menambah pundi-pundi penghasilan mereka sehari-hari.
Kedua, masyarakat perbatasan semakin mudah mengakses daging ayam berkualitas, sehingga gizi mereka menjadi lebih baik. “Hal ini tentu akan berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia di sana,” ujarnya.
Ketiga, kata Diarmita, masyarakat di sana dapat lebih bangga dengan pembangunan daerahnya, sehingga mengurangi ketergantungan mereka terhadap komoditas negeri tetangga. Berdasarkan informasi yang dihimpunnya, selama ini masyarakat di perbatasan kerap membeli atau mendapatkan sejumlah komoditas seperti daging beku dari Malaysia.
Keempat, secara umum, peningkatan kesejahteraan masyarakat perbatasan akan meningkatkan muruah Indonesia di mata negara lain. “Masyarakat wilayah terluar memiliki berbagai aktivitas yang menunjang peningkatan taraf hidup. Mereka juga semakin merasakan kehadiran negara dalam kehidupan sehari-hari melalui bantuan peternakan tersebut,” tuturnya.
Sekretaris Daerah Provinsi Kaltara Syaiful Herman mengatakan masyarakat di sana memiliki potensi besar untuk menggiatkan peternakan. “Selain ketersediaan lahan yang luas, masyarakat di daerah sana juga aktif bercocok tanam yang menjadi mata pencarian warga. Sambil menanam padi, mereka dapat meluangkan waktu untuk memberi pakan ternak dan menjual telur unggas,” paparnya.