Rabu 14 Feb 2018 15:34 WIB

Harga Gabah Petani Terus Turun

Penurunan harga gabah terjadi karena banyak daerah panen, faktor cuaca, dan impor.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nur Aini
Panen padi. Ilustrasi
Foto: .
Panen padi. Ilustrasi

EKBIS.CO, INDRAMAYU  -- Harga gabah petani di Kabupaten Indramayu semakin turun. Selain mulai banyaknya daerah yang panen dan faktor cuaca, penurunan harga juga dipengaruhi masuknya beras impor.

Hal itu seperti yang terlihat di daerah Jatimunggul, Kecamatan Terisi. Harga gabah kering panen (GKP) saat ini hanya berkisar antara Rp 4.000-Rp 4.500 per kilogram.

Pada akhir Oktober 2017, harga GKP di Kabupaten Indramayu rata-rata mencapai Rp 6.000 per kilogram. Sedangkan harga gabah kering giling (GKG) bahkan pada awal 2018 sempat menyentuh Rp 8.000 per kg. ''Harga gabah sekarang sudah mulai turun,'' kata salah seorang petani asal Kecamatan Terisi, Rusdani, kepada Republika.co.id, Rabu (14/2).

Rusdani menjelaskan, turunnya harga gabah disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya karena faktor cuaca dimana saat ini sering turun hujan sehingga menyulitkan penjemuran gabah.

Selain itu, kata Rusdani, panen saat ini juga sudah mulai terjadi di berbagai daerah. Menurutnya, masa panen akan semakin meningkat pada Maret mendatang sehingga harga gabah akan semakin turun. ''Apalagi ada impor. Pengaruhnya ke harga gabah sangat besar,'' tutur pria yang juga menjadi ketua kelompok tani Desa Plosokerep, Kecamatan Terisi itu.

Rusdani mengatakan, meski harganya turun, namun petani tak kesulitan menjual gabahnya. Pasalnya, tengkulak langsung turun ke sawah-sawah untuk membeli gabah petani. ''Petani sedang panen di sawah, sudah ditungguin sama tengkulak,'' kata Rusdani.

Para petani pun memilih untuk menjual langsung gabahnya. Selain sulit menjemur gabah karena sering hujan, mereka juga khawatir harga gabah akan semakin turun seiring dengan semakin bertambahnya luas areal yang panen.

Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan  (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, mengakui, mulai turunnya harga gabah saat ini. Padahal, luas areal yang panen masih di kisaran kurang dari 50 hektare.

Sutatang menilai, tertekannya harga GKP di masa panen perdana itu disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah keputusan pemerintah untuk mengimpor beras dari luar negeri.

 

"Impor memang membuat harga gabah petani menjadi jatuh, " kata Sutatang.

 

Selain itu, kata Sutatang, tertekannya harga gabah di Kabupaten Indramayu juga disebabkan sudah mulainya masa panen di sejumlah daerah di Jateng, salah satunya Demak. Menurutnya, gabah dari Demak tersebut saat ini sudah masuk ke penggilingan-penggilingan beras yang ada di Kabupaten Indramayu.

 

Sementara itu, hal serupa juga terjadi di Kabupaten Cirebon. Ribuan ton gabah asal Jateng pun menyerbu penggilingan- penggilingan beras yang ada di daerah tersebut.

''Kebanyakan dari Demak. Tapi ada juga yang berasal dari Tegal dan Brebes,'' kata Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon, Tasrip Abu Bakar.

Tasrip menyebutkan, harga GKG di Kabupaten Cirebon semula mencapai Rp 7.500 per kilogram. Namun, harga gabah dari Demak hanya di kisaran RP 6.250 - Rp 6.500 per kilogram. ''Itu gabahnya lumayan kering. Sehari jemur juga sudah kering,'' kata Tasrip.

Tasrip menyebutkan, luas areal sawah di Kabupaten Cirebon saat ini masih sedikit. Ke depan dia menilai harga gabah akan  semakin turun.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement