EKBIS.CO, JAKARTA -- Harga rata-rata nasional untuk komoditas gabah kering panen di tingkat produsen masih cukup tinggi meski sejumlah daerah sudah memasuki masa panen. Ketua persatuan pengusaha penggilingan padi dan pengusaha beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso mengatakan, harga rata-rata nasional untuk gabah saat ini Rp 4.500 per kilogram.
Dengan harga itu, maka harga akhir beras di tingkat konsumen akan berada di atas Rp 10 ribu per kilogram. Harga ini masih lebih tinggi dibanding Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras medium yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp 9.450 per kilogram.
Menurut Sutarto, ada juga gabah yang harganya rendah. Namun begitu, kualitas gabah tersebut kurang baik karena kadar air dan hampanya tinggi.
"Kalau beras yang kualitasnya sesuai harapan memang masih relatif mahal," kata Sutarto, saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (20/2).
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyebut harga beras sudah mulai turun. Meskipun, ia mengakui, harga rata-rata beras nasional masih lebih tinggi dari HET."Yang kita baca trennya turun, meskipun harga belum seperti pada tahun lalu."
Menurut Mendag, masih tingginya harga beras saat ini karena produksi gabah masih terbatas. Maka, sesuai hukum pasar, harga komoditas pangan strategis tersebut masih cukup mahal. Jika seluruh daerah produsen beras sudah panen raya, Enggartiasto mengatakan pihaknya bersama dengan Bulog akan lebih gencar melakukan penetrasi harga di pasar. "Kita akan operasi lebih keras lagi untuk menekan harga sampai sesuai HET."