Jumat 23 Feb 2018 10:15 WIB

Anak Muda Giayar Bali Kini Ogah Jadi Petani

Lahan pertanian beralih fungsi jadi lahan pariwisata.

Red: Nur Aini
Wisatawan menyaksikan pemandangan terasering sawah berundak khas Bali di persawahan Desa Tegalalang, Gianyar, Bali.
Foto: Antara
Wisatawan menyaksikan pemandangan terasering sawah berundak khas Bali di persawahan Desa Tegalalang, Gianyar, Bali.

EKBIS.CO, GIAYAR -- Minimnya petani pada usia produktif merupakan salah satu ancaman pertanian kabupaten Gianyar. Hal ini karena akan mengurangi populasi petani yang menggarap lahan pertanian dan lahan pertanian kemudian beralih fungsi menjadi lahan pariwisata.

"Kami akui dan prihatin, memang mayoritas petani di kabupaten Gianyar ini merupakan petani usia nonproduktif, rata-rata di atas usia 60 tahun. Sedikit pemuda mau menjadi petani atau petani di usia produktif sedikit sekali," kata I Made Raka, Kadis Pertanian Gianyar, Jumat (23/2).

Selain itu, para petani merupakan profesi sampingan bukan utama karena rata-rata lahan pertanian yang digarap itu antara 20-25 are (2.000 meter persegi - 2.500 meter persegi). Sehingga tidak akan mampu menopang biaya hidup petani dan keluarganya. "Sedikit petani yang merupakan profesi utama," kata dia.

photo
Keindahan subak Bali.

Di Gianyar, para pemuda atau petani usia produktif itu lebih tertarik menjadi petani holtikultura karena dari segi pendapatan dan perkembangan usaha lebih menjanjikan dan prosepektif. "Kami akan mencoba mendata, populasi petani di Gianyar yang masih usia produktif dan nonproduktif. Tapi dari lapangan umumnya petani di sini sudah berada di usia nonproduktif," ujarnya.

Menurutnya, anak muda saat ini lebih tertarik bekerja di sektor pariwisata yang lebih menjanjikan dan tidak perlu kotor. Memang menjadi ancaman jika para petani tua sudah tidak mampu lagi bekerja maka lahan pertanian akan ikut berubah menjadi lahan pariwisata. "Akibatnya, lahan dan produk pertanian, terutama padi dan beras akan menurun," ujar I Made Raka.

Dia mengakui, terjadi penurunan jumlah luas areal pertanian di kabupaten Gianyar dari 14.420 hektare menjadi 14.376 hektare, menurun sekitar 44 hektare. Peralihan fungsi lahan pertanian paling banyak di kecamatan Ubud, disusul Gianyar dan Sukawati. Daerah yang paling berkembang sektor pariwisatanya yakni kecamatan Ubud dan Sukawati di sanalah paling banyak perubahan lahan pertanian menjadi lahan pariwisata seperti untuk pembangunan hotel, resort, restoran, cafe atau villa.

Pekaseh Banjar Tati Api, desa Pejeng Kawan, kecamatan Tampak Siring, I Nyoman Ngurah mengakui, sebagian besar petani di wilayah Subaknya merupakan petani di atas usia nonproduktif. "Ini memang menjadi masalah dan ancaman jika para petani tua ini kemudian sudah tidak mampu bekerja sebagai petani karena usia dan kemampuan fisiknya atau meninggal dunia. Tidak ada kaderisasi dan penerusnya," katanya. Akibatnya, lahan pertanian kemudian dikontrakan dan biasanya kemudian menjadi lahan pariwisata.

Seorang petani di Ubud, Agung Tikar (65 tahun), mengaku menjadi petani setelah pensiun sebagai pekerja formal. "Setelah pensiun, saya menggarap lahan pertanian seluas 23 are (2.300 meter persegi). Sekali panen sekitar tiga kwintal gabah kering," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement