EKBIS.CO, BANTEN -- Industri baja dalam negeri tak khawatir dengan potensi banjirnya impor baja asal Cina sebagai buntut pengenaan bea masuk 25 persen atas baja impor yang diterapkan Amerika. Komisaris Utama Gunung Steel Group Jamaluddin mengaku siap bersaing dengan baja Cina selama kondisi persaingan bisnisnya sehat.
"Saya kira ada saingan baru itu bagus. Asal persaingannya sehat," ujarnya, saat ditemui wartawan di Cilegon, Banten, Senin (5/3).
Jamaluddin menuturkan, Cina biasanya memiliki banyak strategi agar produk mereka tetap bisa masuk ke negara-negara yang disasar. Apabila pemerintah melarang impor baja, kata dia, bisa jadi Cina malah melakukan investasi dengan membangun pabrik baja di Indonesia.
Namun begitu, Jamaluddin memandang, hal tersebut bukan ancaman selama pemerintah dapat menjamin persaingan antarperusahaan berlangsung secara sehat. "Misalnya dia jual rugi dulu di awal. Kan kita tahu biaya produksinya berapa. Nah, itu tidak boleh. Kalau persaingannya tidak sehat, kita perlu ngomong ke pemerintah," kata dia.
Pemerintah Amerika Serikat akan segera menaikkan bea masuk bagi baja impor menjadi 25 persen. Kebijakan ini diprediksi akan membuat Cina, yang merupakan pemasok utama baja ke Amerika, mengalihkan pasarnya ke Asia Tenggara.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Harjanto memprediksi Indonesia pasti akan terkena dampak dari pengalihan pasar itu. Namun begitu, kata dia, pemerintah sudah menyiapkan strategi agar industri baja Tanah Air tetap terlindungi.
Salah satu kebijakan yang tengah dibahas saat ini, menurut Harjanto, yakni ketentuan mengenai sertifikat Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) untuk baja produksi lokal dalam proyek infrastruktur. "Sehingga, kalau tender, silakan impor masuk. Tapi kalau tidak punya sertifikasi TKDN tidak bisa dipakai," ujarnya, di Cilegon, Senin (5/3).