EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian RI menyampaikan capaian pembangunan di bidang pertanian kepada organisasi pangan dan pertanian dunia (FAO) yang diwakili oleh Asisten Dirjen FAO, Kundhavi Kadiresan. Penyampaian itu dilakukan di pertemuan bilateral di sela-sela acara the Fourth Jakarta Food Security Summit (JFSS-4) di Jakarta Convention Center Senayan, Kamis (8/3).
Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat itu menyampaikan pembangunan pertanian melalui program UPSUS. "Program ini mencakup semua aspek yang berkontribusi untuk menciptakan sebuah kondisi pertanian yang sehat," kata Amran dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (8/3).
Ia menjelaskan, aspek-aspek itu meliputi beberapa hal. Antara lain perubahan mendasar atas kebijakan-kebijakan yang menghambat pelaksanaan program, perbaikan infrastruktur, dan penguatan peran peran industri hilir. Selain itu, aspek lainnya adalah adanya introduksi asuransi pertanian dan juga dengan memperpendek rantai pasok komoditas pertanian. "Pada tahap pelaksanaannya, program UPSUS mencakup berbagai macam terobosan yang revolusioner," ujarnya.
Amran menyebut pada 2017, produksi padi meningkat secara dramatis sebesar 10,5 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) yang setara dengan USD 3,23 Miliar. Kenaikan produksi yang dramatis tersebut juga tercatat pada 43 komoditas pertanian lainnya, termasuk bawang merah dan cabai yang nilai kumulatifnya berjumlah sekitar 27,08 miliar dolar AS.
"Angka ini adalah yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Meskipun El Nino yang menghancurkan wilayah pertanian skala luas terjadi di negara kita, kami masih dapat menjaga pasokan domestik dari beberapa komoditas pangan strategis," kata dia.
Amran mengatakan, Indonesia berhasil mengekspor beras khusus sejumlah 4 ribu ton dan bawang merah 7,7 ribu ton. Ia juga mengatakan, Indonesia juga telah berhasil mengekspor jagung 57 ribu ton pada 2017. "Secara kumulatif, nilai ekspor pertanian 2017 naik 24 persen dibandingkan tahun 2016," tuturnya.