EKBIS.CO, JAKARTA -- Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada menilai salah satu penyebab laba PT Perusahaan Gas Negara (PGN) mengalami penurunan adalah kebijakan pemerintah yang mengatur harga gas khusus untuk industri. Ia menjelaskan Pasal 3 Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 tahun 2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi memerintahkan harga gas bumi ditetapkan tidak lebih dari 6 dolar per mmbtu. Namun, jika harga gas bumi tidak dapat memenuhi keekonomian industri dan lebih tinggi dari 6 dolar per mmbtu, PGN juga harus menunggu penetapan harga tertinggi dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Memang yang menjadi kendala PGN adalah saat pemerintah mematok harga jual gas kepada industri dengan tujuan agar lebih murah. Akibatnya pendapatan dan laba PGN menjadi terbatas, sementara PGN dihadapkan pada biaya operasional yang cukup tinggi," ujar Reza, Senin (19/3).
Kebijakan pemerintah menurut Reza merupakan faktor eksternal yang bisa menekan kinerja PGN. Sebagai perusahaan pelat merah, Reza menilai sudah menjadi risiko manajemen PGN untuk bersedia menjalankan penugasan yang diamanatkan pemegang saham mayoritas yaitu pemerintah. Meskipun menurut dia, hal tersebut mengganggu kinerjanya.
"Penugasan pemerintah sudah risiko. Namun, pelaku pasar hanya melihatnya dari sisi mampu atau tidaknya PGN memperoleh laba terlepas dari masalah yang dihadapi. Kalau labanya turun, mereka langsung mengasumsikan jelek. Padahal kan kinerjanya turun karena penugasan dari pemerintah. Kalau tidak ada penugasan, mereka pasti memperoleh laba," ujar Reza.
Selain itu, Reza mengatakan, selama lima tahun terakhir, bukan hanya penetapan harga gas industri oleh pemerintah saja yang menekan keuangan PGN. Kebijakan penetapan energi dalam megaproyek pembangkit listrik 35 ribu Megawatt (MW) juga banyak meleset dari perkiraan. PGN juga bersedia menurunkan harga gas untuk keperluan pembangkit listrik sampai 12 persen.
Selain itu PGN juga banyak mendukung program pemerintah untuk kepentingan nasional. Di antaranya, Reza menyebut, turunnya harga gas industri di Medan, Surabaya, Cirebon dan beberapa kawasan industri lainnya. Tahun lalu, PGN juga mampu menambah 114 pelanggan industri, di saat perusahaan hilir gas bumi lain mengeluhkan pasar gas sudah jenuh. Selain itu, menjalankan penugasan pemerintah membangun 26 ribu jaringan gas untuk pelanggan rumah tangga di Lampung, Musi Banyuasin, Mojokerto, dan Rusun Kemayoran Jakarta.
"Pelaku pasar harusnya bisa membedakan antara emiten rugi atau yang labanya turun. Kalau hanya laba yang turun, sebenarnya perusahaan tersebut masih bagus karena bisa bertahan dengan margin yang dia peroleh. Seperti PGN ini kan masih laba, tapi memang pertumbuhannya turun. Jadi bukan berarti PGN jelek, karena turunnya laba akibat harga jual gasnya dipatok oleh pemerintah," kata Reza.