EKBIS.CO, WASHINGTON -- Anggota parlemen kongres AS telah secara resmi memanggil CEO Facebook, Mark Zuckerberg bersaksi pada sidang yang akan datang. Hal ini sebagai tanggapan atas laporan bahwa perusahaan analisis data yang digunakan oleh kampanye Presiden Trump telah mencuri informasi pribadi sekitar 50 juta pengguna pada situs media sosial tersebut.
Panggilan resmi ini datang dari House Energy and Commerce Committee, Kamis (22/3), yang merupakan pengawas Facebook dan perusahaan teknologi lainnya. Pemanggilan ini tiba satu hari setelah Zuckerberg mengatakan dia akan muncul di Capitol Hill untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan anggota parlemen yang berkepanjangan tentang perlindungan privasi Facebook.
"Laporan mengejutkan mengenai penggunaan Facebook dan keamanan data pengguna menimbulkan banyak kekhawatiran serius pada perlindungan konsumen. Setelah staf komite menerima briefing kemarin dari pejabat Facebook, kami merasa banyak pertanyaan yang tidak terjawab." kata Rep. Greg Walden (R-Ore.), Ketua panel, seperti dilaporkan Washington Post, Jumat (23/3).
Zuckerberg telah menyatakan bahwa dia akan bersedia untuk bersaksi jika dia adalah orang yang tepat. "Kami percaya, sebagai CEO Facebook, dia adalah saksi yang tepat untuk memberikan jawaban kepada rakyat Amerika. Kami berharap dapat bekerja sama dengan Facebook dan Zuckerberg untuk menentukan tanggal dan waktu dalam waktu dekat untuk sidang di hadapan komite ini." kata Rep Frank Pallone Jr. (NJ), pimpinan komite Demokrat.
Sidang mendatang muncul sebagai tanggapan atas kontroversi dengan Cambridge Analytica, perusahaan yang membantu Trump dan kandidat politik Republik lainnya dengan membangun profil psikologis pemilih. Untuk melakukan itu, perusahaan menugaskan sebuah aplikasi yang, ketika disahkan, menyedot informasi tentang para penggunanya serta teman-teman mereka.
Praktik ini diizinkan oleh Facebook hingga mengubah kebijakan developer pada tahun 2015. Facebook mengatakan telah menerima jaminan bahwa Cambridge Analytica menghapus data yang mereka miliki. Namun laporan baru-baru ini dari Christopher Wylie, mantan karyawan dari firma politik tersebut, menunjukkan bahwa Cambridge Analytica terus menggunakan data- data itu.